Louis Vuitton dan Yayoi Kusama kembali mengulang kesuksesan kolaborasinya di tahun 2012 lalu. Kolaborasi hebat terdahulu itu terjadi di era Direktur Kreatif Marc Jacobs. Sepuluh tahun kemudian, objek, motif, dan imajinasi khas sang seniman kontemporer Jepang ini kembali hadir ke seluruh kategori produk Louis Vuitton.
Tidak hanya pada deretan koleksi tas tapi juga busana pria siap pakai, aksesori, sunglasses, hingga parfum. Semua koleksi yang akan dibagi kedalam dua bagian rilis ini berjumlah tidak kurang dari 450 kreasi. Drop pertama telah terjadi pada 6 Januari lalu di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Yang kedua kedua akan diluncurkan pada 31 Maret 2023 mendatang.
Drop pertama ini terbagi ke dalam empat tema koleksi; Painted Dots, Infinity Dots, Metal Dots, dan Psychedelic Flower. Keempatnya memiliki karakter masing-masing terhadap karya Yayoi.
Painted Dots
Inilah akar dari proyek kolaborasi ini. Bagian Painted Dots merupakan terjemahan langsung goresan tangan Yayoi melalui teknik serigrafi yang rumit. Sentuhan ini diaplikasikan dengan pencetakan timbul di atas material kulit atau kanvas berlapis Louis Vuitton yang ikonis.
Infinity Dots
Sementara itu, Infinity Dots menjadi koleksi dengan motif yang paling dikenali sebagai torehan seorang Yayoi. Bahkan ia dijuluki Ratu Polkadot seiring ketenarannya meretas di Amerika pada tahun 1960-an. Koleksi Infinity Dots ini hadir di kedua drop dan seluruh cakupan produk.
Fragrance dengan tiga wewangian Louis Vuitton, seperti Attrape-Rêves, Spell On You, dan L’Immensité juga datang dengan packaging, botol, dan travel case bermotif Infinity Dots.
Metal Dots
Koleksi Metal Dots terinspirasi dari karya bola-bola cermin karya Yayoi, Narcissus Garden. Sebuah karya yang menghebohkan dan hadir secara tidak resmi pada Venice Biennale 1966. Bola-bola cermin pada koleksi ini diciptakan dalam berbagai bentuk. Masing-masing ditempatkan satu-persatu dengan tangan menghiasi trunk, tas, dan deretan produk wanita berbahan kulit hitam dan perak.
Psychedelic Flowers
Karya Yayoi Kusama di tahun 1993 menginspirasi koleksi Psychedelic Flowers. Sentuhan bunga khas Yayoi ini menerjemahkan paradoks antara kehidupan fana dari keindahan bunga dan titik-titik yang tidak ada ujungnya.
Pada motif ini tersedia berbagai aksesori dan pakaian siap pakai, kemeja katun, tas Pinggang Taurillon Monogram, hingga Capucines.
Tidak cuma deretan koleksinya, motif polkadot dan sang senimannya juga membuat heboh tampilan toko-toko Louis Vuitton di berbagai negara. Di head quarter-nya di Paris, patung raksasa Yayoi dan polkadot warna-warni menghiasi dinding luar bangunan art deco yang dibangun oleh Georges Vuitton pada 1912.
Sementara itu, di Upper East Side Manhattan, New York, robot Yayoi Kusama 1:1 menjadi ikon window display. Berbalut dress putih dengan polkadot merah, kuning, hijau dan biru, robot Yayoi seakan sedang melukis polkadot di kaca toko dan pastinya berhasil mendapat perhatian setiap orang yang melintasi toko.
Di Harajuku, Tokyo, seluruh bagian pop up store berlantai dua ditutupi dengan pola polkadot hitam di atas dasar kuning khas seniman Jepang ini. Interiornya terinspirasi oleh instalasi “Infinity Mirror Rooms” dengan bola perak yang memenuhi bagian dalam toko dalam berbagai ukuran.
Di tengah interior toko, patung raksasa sang seniman berdiri dari lantai satu menembus ke lantai dua. Patung Yayoi hadir dengan potongan rambut bob warna merah bersama dengan kacamata hitam polkadot.
Bahkan di persimpangan Shibuya, Louis Vuitton mengambil alih sebuah billboard yang semakin meramaikan iklan di distrik super sibuk nan ikonis itu.
Sungguh sebuah gerakan masiv yang cukup menghebohkan jagad fashion dan seni di awal tahun 2023. Sambutan luar biasa penikmat dan pemerhati kolaborasi pun tak sabar dengan drop kedua di bulan Maret mendatang.