World Architecture Festival (WAF) 2024 akan kembali digelar di Singapura pada tanggal 6 hingga 8 November 2024 mendatang. Acara tahunan ini merupakan ajang bergengsi yang memberikan penghargaan kepada karya-karya arsitektur terbaik di dunia. Selain ajang penghargaan untuk pencapaian dan karya arsitektur, WAF juga menjadi wadah bagi para profesional, mahasiswa, dan pencinta arsitektur untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas edukatif dan interaktif.
Pada WAF 2024 ini, peserta tidak hanya akan disuguhkan dengan sesi penyerahan penghargaan bagi karya-karya yang masuk dalam daftar pendek (shortlist), tetapi juga dapat mengikuti berbagai aktivitas menarik seperti sesi panel diskusi, ekshibisi, dan debat terbuka. Semua ini dirancang untuk mengakomodasi antusiasme komunitas arsitektur global dalam bertukar ide dan memperdalam pengetahuan di bidang arsitektur.
Di tahun ini, ada total 43 penghargaan yang dibagi ke dalam empat kategori besar: Inside dengan 10 subkategori, Completed Buildings dengan 18 subkategori, Future Project dengan 14 subkategori, dan Landscape dengan satu subkategori.
Menariknya, dari seluruh karya yang masuk dalam daftar pendek (shortlist) terdapat dua proyek yang berlokasi di Indonesia masuk dalam daftar pendek kategori Future Projects. Kedua proyek ini dirancang oleh arsitek dari luar negeri namun memiliki dampak besar pada perkembangan arsitektur di Tanah Air. Kedua proyek tersebut adalah:
Future Project, Subkategori Experimental – The Surabaya Urban Transformation Project
Gang Dolly di Surabaya adalah kawasan yang dikenal sebagai distrik lampu merah sejak tahun 1970-an. Selama bertahun-tahun, kawasan ini menjadi pusat ekonomi lokal yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi ribuan orang, meskipun banyak yang bekerja di dunia prostitusi. Namun pada tahun 2014, pemerintah menutup semua tempat usaha terkait prostitusi di daerah ini, yang mengakibatkan perubahan drastis dalam kehidupan masyarakat setempat.
Untuk membantu memulihkan dan merevitalisasi kawasan ini, pemerintah setempat meluncurkan berbagai inisiatif. Sayangnya, kurangnya infrastruktur yang memadai jadi penghambat kemajuan dan perubahan kawasan ini. Hingga pada 2019, perusahaan arsitektur Broadway Malyan, bekerja sama dengan Mott MacDonald, ditunjuk untuk mendukung proyek Transformasi Perkotaan Surabaya sebagai bagian dari Program Kota Masa Depan Global.
Proyek ini bertujuan untuk mengubah Dolly dari daerah yang sebelumnya dikenal sebagai lokalisasi menjadi kawasan yang inklusif dan berkelanjutan. Proyek ini tidak hanya fokus pada perbaikan fisik kawasan, tetapi juga perbaikan sosial dan ekonomi yang melibatkan masyarakat secara langsung. Broadway Malyan memulai proyek ini dengan melibatkan masyarakat Dolly, memastikan mereka memiliki peran aktif dalam proses transformasi.
Keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada keterlibatan berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan dan dialog terbuka yang memungkinkan semua suara didengar. Pendekatan holistik ini bertujuan untuk menciptakan perubahan jangka panjang yang signifikan bagi masyarakat Dolly, serta mengubah pandangan luar terhadap kawasan ini. Proyek ini juga menjadi contoh perubahan untuk lebih dari 150 kampung lainnya.
Future Project, Subkategori Residential – Community on Water in Indonesia
Sama seperti negara lain, Indonesia juga menghadapi masalah kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. Karena memiliki banyak wilayah dataran rendah, kenaikan air laut bisa menyebabkan banjir yang merusak rumah, infrastruktur, dan lahan pertanian terutama di daerah pesisir. Di Semarang misalnya, air laut diperkirakan akan naik sekitar 50 cm pada tahun 2050 dan hingga 1 meter pada tahun 2100.
Untuk mengatasi masalah ini, ada proyek yang dirancang untuk membangun rumah terapung di daerah Tambakharjo, Semarang. Proyek yang dikerjakan oleh arsitek asal Belanda bernama Misak Terzibasiyan ini akan menyediakan 400 rumah dengan harga terjangkau yang akan dibangun di atas platform heksagonal dan bisa menyesuaikan kenaikan air laut.
Desain rumah-rumah ini terinspirasi dari arsitektur tradisional Indonesia, seperti gaya Batak Tobak, dengan atap panjang dan bagian depan rumah berbentuk segitiga. Rumah-rumah ini akan ditempatkan di sekitar area komunal, yang bisa digunakan untuk kegiatan seperti memancing dan pasar lokal.
Proyek ini juga berfokus pada pelestarian lingkungan, dengan menjaga lahan basah dan hutan bakau yang bisa mengurangi dampak banjir dan memurnikan air. Selain itu, sistem pengelolaan air akan diterapkan untuk menangkap dan membersihkan air hujan. Proyek ini dirancang untuk beradaptasi dengan banjir, bukan melawannya, sehingga air bisa dianggap sebagai peluang, bukan ancaman.
Bagaimana tanggapanmu tentang kedua karya ini? Buat kamu penggemar Arsitektur, bersiaplah untuk datang ke WAF 2024 di Marina Bay Sands, Singapura.
Baca berita lainnya https://written.id/desain/deretan-desain-interior-terbaik-di-inside-world-festival-of-interiors-2024/