Seni kaca mungkin bukan suatu bidang yang umum meskipun praktiknya sudah berlangsung selama ribuan tahun. Tanpa disadari karya seni berbahan dasar kaca berada di sekeliling kita: mulai dari gelas, piring, vas bunga, hingga jendela bermotif.
Karena fungsi kaca yang praktis, maka mudah untuk mengabaikan proses kompleks di balik pembuatannya. Padahal banyak teknik yang terlibat dalam pembuatan karya seni atau objek kaca seperti glass blowing (teknik paling terkenal), penggunaan api untuk melelehkan kaca (fire-worked glass) hingga dengan teknik memahat (bisa dibayangkan betapa rumit teknik ini mengingat kerapuhan materi kaca).
Bisa dibilang seni kaca tergolong niche dibandingkan semisal lukisan atau pahat. Dan seniman atau artisan yang bergelut dengan materi kaca tak banyak yang ketahui.
Walau begitu terdapat sejumlah festival seni yang menyorot kompleksitas seni kaca. Salah satunya adalah Hangzhou International Contemporary Glass Art Exhibition yang dihelat di kota Hangzhou, China hingga bulan Juni mendatang.
Mengangkat tema Reality & Illusion, ekshibisi ini mengundang seniman-seniman kaca dari seluruh dunia sekaligus memamerkan beragam karya seni kaca asal China.
“Kaca merupakan materi bagus yang berasal dari alam yang kemudian diasah melalui kreativitas manusia,” kata Yu Xuhung, Presiden China Academy of Art dalam opening remark-nya. “Seni kaca telah jadi bagian integral dalam peradaban manusia.”
Festival tersebut menyorot seni kaca kontemporer yang banyak bermain dengan colored glass yang dibentuk jadi objek miniatur hingga lukisan-lukisan yang menggunakan pecahan kaca alias beling. Satu karya seni keren berasal dari seniman asal Rusia, Igor Frolov, yang menciptakan objek pahatan kaca bertemakan pengaruh AI dalam hidup manusia yang tampak seperti leburan mutant anatomi manusia dan teknologi.
Berkaca dalam Sejarah
Seni kaca ditelusuri sudah ada sejak 3.600 tahun yang lalu di Mesopotomia (kini Irak). Praktik ini kemudian mengalami evolusi dari fungsi praktis hingga jadi salah satu subkategori yang meliputi stained glass window yang marak digunakan dalam gereja dan katedral pada Abad Pertengahan di Eropa.
Setelahnya, aplikasi stained glass window dipengaruhi oleh gaya Art Deco yang populer di awal abad 20 dengan motif geometris dan floral yang dipulas dengan warna yang lebih terang dan berani.
Pada abad ke- 13 ketenaran karya seni kaca melejit berkat para glass artisan yang berasal dari pulau Murano di Venesia. Glassware and homeware bermateri kaca lainnya (seperti chandelier) asal Murano sangatlah bergengsi yang tentunya berkategori luxury item.
Salah satu inovasi asal Murano termasuk cristallo, materi kaca yang sangat jernih yang masih dianggap sebagai materi kaca terbaik di dunia; dan lattimo yaitu materi kaca berwarna putih susu. Hingga kini, industri glass-making masih mempertahankan identitas dan pamor Murano sebagai pusat seni kaca terbesar di dunia.
Selain Murano, ternyata kota Seattle dianggap sebagai satu lagi epicenter seni kaca kontemporer, jika bukan yang terbaik setidaknya yang terbaik di Amerika. Sejak 2019, Seattle jadi host festival Refract yang menyorot keindahan seni kaca kontemporer dan para seniman baru di baliknya seperti Kelsey Fernkopf. Pada perhelatan festival tahun lalu, ia menciptakan karya seni kaca bernuansa futuristis berbentuk portal ke dunia lain.
Seattle sendiri memiliki berbagai sarana dan prasarana kegiatan seni kaca seperti Pilchuck Glass School and Museum of Glass yang menjadi daya tarik utama sekitar 7.000 seniman kaca yang memutuskan untuk pindah ke kota hujan tersebut.
Tokoh seniman kaca paling terkenal dari Seattle adalah Dale Chihuly berkat karya seni kaca yang ia ciptakan seperti Pacific Sun and The Glasshouse Sculpture. Ia mendirikan Chihuly Garden and Glass yang jadi tempat workshop bagi peminat seni kaca.
Objek kaca memang mudah kita take for granted karena fungsinya yang lebih praktis. Namun kalau kamu penasaran betapa rumitnya menciptakan objek atau karya seni kaca, tonton saja Blown Away, reality competition show produksi Kanada (yang kini tersedia di Netflix).
Show tersebut lebih mengutamakan teknik glass blowing dan kamu bisa melihat betapa rumit—dan panas!—proses pembuatan objek bermateri kaca. Glassblower yang memenangkan kompetisi, selain reward uang, juga akan mendapatkan slot residency di Corning Museum of Glass di Amerika.
Materi kaca memang rentan pecah. How not to break it and mold it into a work of art—itulah seninya seni kaca.