Sejatinya, dunia tidak akan terpisahkan dari seni. Pernahkah kamu membayangkan dunia tanpa seni? Dikutip dari artikel Pengertian Seni, seni juga diartikan sebagai ekspresi. Di mana sebuah karya akan memancing respon emosional dari para penikmatnya, contoh yang sangat relevan sekarang adalah pandemi Covid-19. Terlihat banyak sekali karya seniman yang lahir sebagai bentuk respon terhadap coronavirus.
Banyak yang berpendapat dan yakin bahwa setiap manusia terlahir dengan ketertarikan pada seni, jenisnya apa, ya mungkin itu yang menjadikan setiap orang unik, selera pada seni yang berbeda-beda. Coba ingat kembali, hal nyeni atau artsy apa yang sering kamu lakukan belakangan ini?
Dari dulu hingga sekarang seni selalu menjadi wadah berpendapat yang dapat digunakan semua orang, terlebih lagi jika itu menyangkut isu politik, agama, ras, dan hal lain yang berhubungan dengan hukum. Mau kamu seorang penikmat seni maupun pengamat politik, sadar tidak kalau banyak karya seniman terlahir dari topik-topik yang sedang hangat dibahas? Bukan berarti hal lain tidak ya, banyak juga.
Dilansir dari Vulture, Jerry Saltz menulis art will go on pada artikelnya yang berjudul The Last Days of the Art World … and Perhaps the First Days of a New One. Written setuju dengan kalimat tadi. Seni adalah sesuatu yang universal, dan dapat menghubungkan siapa saja dan siapa pun.
Sama seperti lahirnya virus Covid-19 yang seolah mengundang seisi dunia untuk cemas akan diri sendiri, orang tersayang, petugas medis, hingga sistem negara. Banyak dari mereka yang unjuk gigi lewat ilustrasi, produk 3D, charity, hingga suara.
Berikut 12 karya seniman yang lahir karena pandemi Covid-19:
1. Hari Merdeka
Bukan hanya satu, dua, atau tiga hari besar yang dilewati masyarakat Indonesia dengan berdiam di bawah atap rumah masing-masing. Dapat kamu lihat di laman Instagram-nya, Hari Merdeka adalah salah satu seniman ilustrasi yang kerap kali membuat ilustrasi baru di setiap hari libur nasional atau hari besar.
2. Masker Untuk Indonesia
Banyak yang tergerak hatinya ketika melihat tingginya kebutuhan masker di masa seperti ini. Mereka yang bergerak di industri fashion dalam skala kecil maupun besar turut berkontribusi dalam tren ini. Sama seperti gerakan Masker Untuk Indonesia yang mengajak para seniman untuk mendesain masker dari bahan skuba.
Setiap satu pembelian, pihak Masker Untuk Indonesia akan menyumbangkan tiga masker kepada organisasi yang dipilih oleh si pembeli. Ya, bisa dihitung menambah koleksi art pieces kamu kan?
3. Ai Weiwei
Masih seputar masker, seniman sekaligus aktivis asal China, Ai Weiwei pun ikut serta menyuarakan kegelisahannya akan pandemi ini. Beberapa visual yang identik dengan dirinya seperti Sunflower Seeds, Mythical Beasts, kamera CCTV, dan tentu yang paling digemari banyak orang adalah acungan jari tengah ia pilih untuk dicetak pada non-surgical mask.
Dengan teknik silk-screen, masker ini dijual melalui situs jual beli online. Hasil dari penjualan karya Ai Weiwei ini akan disumbangkan ke Human Rights Watch, Refugees International, dan Médecins Sans Frontières.
4. Jean Jullien
Terjebak lockdown di Prancis, seniman grafis Jean Jullien beralih ke akun media sosialnya untuk berinteraksi dengan para penggemarnya. Tak tertinggal, ia pun mengutarakan kekesalannya akan salah satu peraturan new normal yang harus selalu menggunakan masker di tempat umum. Certainly not for those with glasses!
5. Museum Macan
Tak tinggal diam, Museum Macan mengadakan program Arisan Karya. Apa jadinya ketika sebuah kata dan kultur yang hangat di telinga para penduduk Indonesia disatukan dengan karya terbatas para seniman? Ya, seperti arisan.
6. Banksy
Siapa yang tidak tahu seniman grafiti, Banksy? Meski lebih sering merespon isu-isu politik secara global, seniman yang sampai kini belum terkuak identitasnya ini tak pernah tinggal diam. Kali ini, Banksy memilih sebuah rumah sakit yang berlokasi di Inggris, University Hospital Southampton NHS Foundation Trust.
Terlihat pada karyanya, seorang anak kecil bermain dengan boneka suster sebagai pahlawannya, sedangkan dua figur yang biasanya identik dengan image superhero, Batman dan Spiderman, tidak tersentuh dalam keranjang.
7. Theresia Agustina
Terdapat tujuh nama yang berkolaborasi dengan majalah Harper’s Bazaar Indonesia, edisi Juni, salah satunya adalah Theresia Agustina. Dengan judul Artvolution, proyek ini menunjukkan bagaimana sebuah karya fotografi dapat ditampilkan dalam wujud baru menjadi karya seni kontemporer.
8. Looma Creative
Sebuah creative agency di Kiev, Ukraina, bekerja sama dengan Ministry of Culture and Information Policy of Ukraine dalam upaya melandaikan kurva Covid-19. Bertajuk Art of Quarantine, Looma Creative menggunakan beberapa karya klasik seperti Michelangelo, René Magritte, Benjamin West, Leonardo da Vinci, Jacques-Louis David, dan beberapa pelukis lainnya untuk menyampaikan hal yang patut dilakukan guna memperlambat penyebaran virus corona.
9. Ariana Luberto
Menggabungkan beberapa referensi pop culture pada ilustrasinya, Ariana Luberto membuat poster seperti film Star Wars dengan tulisan Covid-19 Wars: Together We Can Win This sebagai bentuk dukungan untuk para petugas medis serta garda terdepan lainnya.
10. Denny Chasmala
Tidak hanya ilustrasi, dan foto yang mewarnai dunia seni, lagu pun memiliki peran yang besar. Dengan lirik yang berbunyi “Boleh bersedih, asal jangan putus asa. Tetap di rumah, menunggu jawabnya.
Yakinlah kita, badai ini akan sirna…”, Denny Chasmala mengajak para penyanyi Tanah Air untuk berkolaborasi secara virtual menyanyikan lagu Tetap Di Rumah.
11. Dhruvi Acharya
Lukisan adalah buku harian Dhruvi. Karyanya menggambarkan pikiran, perasaan, pengalaman, serta pengamatannya pada aspek psikologis dan emosional kehidupan seorang wanita urban yang hidup di dunia penuh ketidakpastian, kekerasan, dan perselisihan.
Need we say more?
12. The New York Times
Apa yang bisa dilakukan sebuah koran ternama tidak hanya di negaranya, namun juga di dunia?
Lihat versi interaktifnya di sini.
Jadi, sekarang kamu sudah mendapat gambaran kan kalau seni dan desain adalah bahasa yang universal?