FIND – Design Fair Asia 2025 baru saja menutup edisinya yang keempat pada 11–13 September di Marina Bay Sands, Singapura. Sebagai bagian dari Singapore Design Week, acara ini kembali menjadi magnet bagi desainer, arsitek, mahasiswa, hingga pencinta desain yang ingin menangkap denyut terbaru industri kreatif di Asia.
Tahun ini, lebih dari 250 jenama internasional dari 22 negara hadir, lengkap dengan lima pavilion negara (Indonesia, Italia, Republik Ceko, Thailand, dan Singapura). Ditambah dengan FIND Global Summit serta showcase EMERGE @ FIND, ajang ini sekali lagi membuktikan perannya sebagai ruang pertemuan global-lokal dalam lanskap desain.
Saat melangkah masuk, ada dua pemandangan kontras yang menyambut kami. Di satu sisi, atmosfernya begitu hidup, diramaikan oleh para pengunjung yang antusias. Namun di sisi lain, jumlah partisipan pameran terasa sedikit lebih ramping tahun ini. Ini terlihat dari beberapa ruang lapang yang cerdas diubah menjadi lounge nyaman dan adanya panggung tambahan ‘Design Dialogue’, sebuah panggung talk show yang lebih kecil.
Akan tetapi, pemandangan ini justru menjadi sebuah berkah tersembunyi. Kuantitas mungkin berkurang, tetapi kualitas dan fokus pada dialog desain terasa lebih kental dari sebelumnya. Ini adalah panduan kurasi kami, sebuah intisari dari hal-hal terpenting yang kami bawa pulang dari FIND 2025.
Pertemuan Desain Timur dan Barat
Salah satu kekuatan terbesar FIND adalah kemampuannya menjadi jembatan budaya. Tahun ini, hal tersebut terwujud melalui kehadiran paviliun-paviliun nasional yang memukau. Paviliun Italia, yang didukung oleh Italian Trade Agency, kembali menjadi primadona dengan menampilkan keunggulan ‘Made in Italy’—mulai dari furnitur berlapis kain abadi dari Swan hingga meja permainan ikonis dari FAS Pendezza.
Di sisi lain, paviliun Republik Ceko memamerkan warisan keahlian mereka dalam kerajinan kaca melalui Pačinek Glass dan solusi kamar mandi inovatif dari RAVAK. Kehadiran mereka bukan sekadar untuk berdagang, melainkan untuk memulai dialog: bagaimana estetika dan keahlian Eropa dapat beresonansi dan beradaptasi dengan pasar Asia yang sangat dinamis dan beragam.
Paviliun Indonesia menandai kehadiran ketiganya yang konsisten dalam tiga tahun terakhir di FIND. Menyajikan beragam wajah desain dan kerajinan di Indonesia, paviliun ini menyajikan kerajinan dari Jakarta, material inovatif, furnitur, serta lounge yang mencerminkan ramah tamah khas Indonesia. Di dalam lounge ini terdapat sajian kudapan hasil kurasi Dewan Kuliner Indonesia, yang sekaligus menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Debut paviliun dari Perancis dan Thailand semakin memperkuat peran FIND sebagai titik temu desain global, tempat ide-ide lintas benua saling bertemu dan menginspirasi.
Kehadiran Talenta Desain Pan-Asia
Jika paviliun nasional adalah potret masa kini, maka EMERGE @ FIND adalah jendela menuju masa depan. Dipresentasikan oleh DesignSingapore Council, showcase ini adalah area paling menarik perhatian mereka yang ingin menemukan talenta-talenta baru. Tahun ini, EMERGE terasa lebih istimewa karena cakupannya yang meluas melampaui Asia Tenggara menjadi panggung Pan-Asia, menyambut suara-suara baru dari Tiongkok, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Dengan lebih dari 75 desainer yang terlibat, area ini menampilkan karya-karya yang segar, berani, dan sering kali sarat akan identitas budaya. Di sinilah kita bisa melihat langsung bagaimana para desainer Indonesia mencuri perhatian. Beberapa di antaranya menampilkan karya yang kuat secara visual maupun naratif:
Studio Dapur memperkenalkan Penjor Pendant Lamp, lampu gantung dari bambu hasil kolaborasi dengan perajin di Singaparna, Jawa Barat. Terinspirasi dari penjor Bali, karya ini memadukan tradisi, upcycled material, dan kesadaran lingkungan.
Threadapeutic menampilkan tapestry Lichens Grow Very Slowly, karya tekstil dari sisa kain pabrik garmen dengan teknik slash quilting. Karya ini merefleksikan hubungan antara kerajinan, keberlanjutan, dan proses kreatif yang lambat tetapi penuh makna. Uniknya, kain ini dibuat oleh artisan yang baru berusia 20-an.
Zulyo Kumara menghadirkan Sangkar Coffee Table, meja kopi yang mengambil inspirasi dari sarang burung. Karya ini menampilkan keindahan material vernakular sekaligus simbolisme yang kaya akan identitas budaya.
Lana Daya, studio tekstil dari Jakarta, menghadirkan Sound of Ramie, yang berusaha untuk mengingatkan kita terhadap kain rami yang dulunya berjaya tetapi kini sudah redup akibat kain impor yang lebih murah. Lebih dari selembar kain, karya ini sarat memori.
Di samping mereka, ada 11 desainer Indonesia lainnya yang turut dipamerkan di EMERGE. Kehadiran mereka menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat energi kreatif di Asia Tenggara. Dari material inovatif, eksplorasi craft, hingga desain yang menjawab isu sosial, karya-karya ini memperlihatkan wajah baru desain Indonesia di panggung internasional.
Desain Berkelanjutan Bukan Lagi Pilihan
Tema keberlanjutan tidak lagi menjadi buzzword, melainkan sebuah prinsip inti yang dianut oleh banyak brand di FIND 2025. Bukti paling nyata adalah Paviliun Indonesia, yang mengusung konsep “Embracing the Earth Society”. Konsep ini merayakan budaya, inovasi, dan keberlanjutan melalui berbagai brand dan UKM lokal.
Komitmen ini juga digaungkan oleh para peserta dari negara lain. WASOO dari Thailand, misalnya, memanfaatkan material berkelanjutan yang terbuat dari jerami padi dan kulit kopi sebagai elemen dekorasi.
Sementara itu, Grobrix dari Singapura menawarkan solusi cerdas untuk ketahanan pangan melalui sistem urban farming vertikal yang dirancang dengan estetika tinggi. Pesan yang tersampaikan sangat jelas: desain yang baik hari ini harus bertanggung jawab terhadap masa depan planet ini.
Lebih dari berkelanjutan (sustainability), obrolan kami dengan Dr. Stéphane Lasserre dari HKS Architects bahkan berputar di topik regenerative design. Ia berbicara tentang konsep bagaimana seorang desainer mampu merancang sesuatu yang memberikan kembali ke alam lebih dari yang ia ambil.
Wawasan Global dari Panggung Talk Show
Sebuah pameran desain yang berkesan tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menstimulasi pikiran. Inilah peran FIND – Global Summit, sebuah agenda tiga hari yang menghadirkan lebih dari 80 pembicara dari seluruh dunia untuk membahas topik-topik penting di industri.
Alih-alih sekadar mendengar presentasi produk, para pengunjung disuguhi wawasan tingkat tinggi. Arsitek asal Italia Mario Cucinella berbicara tentang empati dalam proses kreatif, sementara Simon Yu dari Zaha Hadid Architects membahas bagaimana arsitektur dapat menjadi katalis untuk transformasi urban. Topik-topik lain berkisar dari inovasi AI, industri luxury hospitality, hingga identitas budaya. Ini adalah kesempatan langka untuk menyerap ide-ide besar dan strategi yang dapat membantu membentuk kembali cara kita berpikir tentang desain, bisnis, dan dampaknya terhadap masyarakat.
Di panggung Design Dialogue, turut hadir pembicara perwakilan Indonesia Lea Aziz – Design Director Elenbee Design, Ruslan Setiawan – Operational Director Balagi International, Oni Olivya – Founder Earthsensial, dan Primo Rizky – Presidium Member Dewan Kuliner Indonesia dan Director of Strategic Communications ADGI. Keempatnya berbincang tentang bagaimana Indonesia membangun ekosistem desain yang inklusif dan saling terhubung.
Material dan Teknologi yang Mencuri Perhatian
Di antara gemerlap paviliun dan panggung seminar, inovasi sering kali ditemukan dalam detail produk. FIND 2025 tidak terkecuali. Beberapa brand berhasil mencuri perhatian karena benar-benar menawarkan sesuatu yang baru. Contohnya, sistem dapur kontemporer dari Composit (Italia) yang menunjukkan bagaimana ruang memasak modern berpadu dengan fungsi dan estetika.
Di Singapura, Chee Geen Interior menunjukkan keahliannya dalam solusi pelapis khusus dan panel akustik, menjawab kebutuhan ruang komersial modern yang fungsional sekaligus estetis. Indonesia membawa Altarize – solusi cat lantai, dinding, bahkan ceiling berbahan alami, dan Aluveen – panel aluminium berlapis veneer kayu.
Sebuah Barometer Inspirasi
Pada akhirnya, FIND Design Fair Asia 2025 membuktikan bahwa pameran desain bukan hanya tentang seberapa banyak partisipan, tetapi tentang kualitas percakapan, kedalaman ide, dan energi kolektif yang dihasilkan. Bagi komunitas desain, kehadirannya bukan hanya untuk melihat produk baru, tetapi untuk menyerap inspirasi, membangun koneksi, dan pada akhirnya, membawa pulang percikan ide segar untuk karya-karya kreatif berikutnya.