Potret Desain Toko Roti di Papua yang Menembus Shortlist WAF 2024

Aragea Hidayat

Saat ini, toko roti tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan komersial, tetapi juga sebagai wadah untuk mengekspresikan kreativitas dalam desain arsitektur. Seperti yang dilakukan oleh sebuah toko roti bernama Saga Bakery di Jayapura, Papua. Desain interior dari toko ini berhasil mencuri perhatian dunia arsitektur dan bahkan masuk dalam shortlist World Architecture Festival (WAF) 2024 kategori INSIDE: Retail, yang diadakan pada 6-8 November 2024 di Singapura.

Proyek ini diusung oleh Upper Room Collaborative Studio, sebuah perusahaan arsitektur asal Jakarta yang menggabungkan elemen modern dengan sentuhan lokal yang khas. Menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memikat secara visual. Dengan pendekatan yang unik, Saga Bakery menunjukkan bahwa desain arsitektur dapat memperkaya pengalaman masyarakat saat berbelanja.

Desain Interior Toko Saga Bakery, Dok. Upper Room Collaborative Studio

Saga Bakery sendiri adalah bisnis milik keluarga yang telah beroperasi selama tiga generasi di Jayapura. Pemiliknya memutuskan untuk mengubah citra toko roti andalan mereka. Selain untuk memodernisasi, Saga Bakery juga ingin membuat sebuah ikon untuk kota Jayapura. Sang pemilik berharap dapat menjadi toko roti nasional pertama yang berasal dari Papua sambil tetap menjaga keakraban dengan pelanggan yang selalu datang.

Toko roti ini berada di lantai pertama dekat pintu masuk Saga Mall, sebuah pusat perbelanjaan ternama di Jayapura. Fasad kacanya menghadap ke timur, sementara di sisi lainnya terlihat sebuah restoran. Dengan lokasi yang strategis, Saga Bakery menjadi ikon sempurna bagi para pengunjung yang memasuki atau melewati pusat perbelanjaan tersebut.

Saga Bakery, Dok. Upper Room Collaborative Studio

Desain Saga Bakery mengusung konsep lengkungan dan portal yang terinspirasi oleh bangunan klasik. Gaya ini menggambarkan kekuatan dan kejayaan sejarah perusahaan, yang kemudian diubah menjadi tampilan modern, ramping, dan berwarna-warni untuk merayakan rebranding mereka. 

Bentuk lengkungan, portal, dan rasio di desain ini dihasilkan dari pertemuan garis-garis yang diproyeksikan berdasarkan tata letak asli toko, ditambah elemen struktur yang sudah ada. Desain ini juga mempertimbangkan arah garis pada fasad untuk memaksimalkan pencahayaan matahari, sehingga sinar matahari dapat masuk secara optimal hingga ke restoran di samping ruang toko roti, tanpa membiarkan sinar langsung yang bisa merusak produk roti.

Lengkungan pada desain interior Saga Bakery, Dok. Upper Room Collaborative Studio

Proyek ini menggunakan material dengan kontras yang mencolok. Batu bata merah terang menjadi elemen utama yang mewakili warna merek Saga Bakery, sementara material lain seperti kayu dan batu yang lebih ringan digunakan untuk membedakan satu ruang dengan ruang lainnya. 

Meski batu bata, tanah liat, kayu, dan batu biasanya keras, tantangannya di sini adalah menggunakannya untuk membentuk lengkungan dan portal yang lebih fleksibel. Ini menciptakan keunikan dalam cara material tersebut digunakan. Bahan-bahan itu dibentuk mengikuti lengkungan sesuai dengan desain yang diinginkan.

Desain Interior Toko Saga Bakery, Dok. Upper Room Collaborative Studio

Karena proyek ini berlokasi di Papua, tantangan muncul dari kebutuhan tenaga kerja berpengalaman dan bahan material yang sulit didapat untuk mewujudkan desain yang rumit. Oleh karena itu, Toko Roti ini dibuat secara penuh di Jakarta, dikirim dalam kontainer, dan dirakit seperti potongan Lego di Jayapura dalam waktu empat minggu. 

Sejak dibuka, toko roti ini mengalami peningkatan keuntungan harian sebesar 50% dan mendapat pengakuan sebagai toko roti lokal yang berkelas nasional. Ini menjadikannya ikon baru di Jayapura dan berkontribusi dalam memodernisasi kota.

Baca juga artikel lainnya https://written.id/desain/mengintip-desain-akasha-office-karya-anak-negeri-yang-masuk-shortlist-waf-2024/

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya