Apa yang terjadi ketika kreativitas Jakarta mendarat di tengah riuh rendah industri desain Korea Selatan? Jawabannya ada di Seoul Design Festival (SDF) 2025.
Jika kamu sedang memantau radar desain global minggu ini, pandanganmu pasti tertuju ke COEX Hall C, Seoul. Sejak tanggal 12 hingga 16 November 2025 nanti, venue legendaris ini berubah menjadi pusat gravitasi bagi ratusan desainer, jenama, dan trendsetter lewat perhelatan SDF yang ke-24.
Sebagai pameran konten budaya desain terbesar di Korea yang telah menarik lebih dari 1,4 juta pengunjung sepanjang sejarahnya, SDF bukan sekadar pameran dagang; ini adalah barometer ke mana arah angin desain dunia berembus. Namun, ada yang berbeda dan istimewa di tahun ini. Di tengah ratusan peserta lokal Korea, terdapat satu paviliun yang mencuri perhatian publik internasional maupun media setempat: Creative Jakarta.

Jakarta: Satu-Satunya Tamu Internasional
Tahun ini, partisipasi Indonesia mencetak sejarah penting. Diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta, paviliun “Creative Jakarta” hadir sebagai satu-satunya peserta internasional di SDF 2025.
Hal ini tentunya menjadi sebuah pencapaian sendiri. Di saat negara-negara lain absen, Jakarta justru tampil percaya diri membawa 28 jenama (brand) terkurasi untuk bersanding dengan raksasa desain Korea. Kehadiran tunggal ini memberikan spotlight eksklusif bagi Indonesia. Antusiasme pengunjung sangat tinggi, karena paviliun ini menawarkan warna dan narasi yang kontras tapi harmonis dengan estetika desain Korea.

Menjawab “Wayfinding” dengan “Earth Society“
SDF tahun ini, di bawah arahan art director Rebel9, mengusung tema besar “Wayfinding” atau pencarian jalan. Di tengah industri yang berubah sangat cepatāmulai dari disrupsi teknologi hingga isu keberlanjutanāSDF 2025 mengajak desainer untuk tidak sekadar mengikuti arus, melainkan menemukan “sistem navigasi” mereka sendiri.
Pameran ini bahkan merombak total kategorinya menjadi klaster futuristis seperti New Atelier hingga Design Engine untuk merespons perubahan ini. Lantas, bagaimana Jakarta menjawab tantangan “pencarian jalan” ini?
Jawabannya adalah kembali ke akar. Dikurasi oleh Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD), Creative Jakarta menghadirkan konsep paviliun bertajuk “Earth Society”. Jika Wayfinding adalah tentang mencari arah ke depan, Earth Society adalah pengingat tentang tempat kita memijak.

Konsep ini menarasikan harmoni dengan alam dan mengangkat kekayaan sumber daya serta warisan budaya Indonesia sebagai identitas kreatif bangsa. Di paviliun ini, kamu tidak akan menemukan desain yang sekadar “futuristis” tanpa jiwa.
Sebaliknya, kamu disuguhi cerminan Jakarta sebagai kota global yang unik: sebuah titik temu antara kedalaman budaya tradisional dan energi kreatif kontemporer. Jakarta menawarkan perspektif bahwa untuk menemukan jalan masa depan (Wayfinding), kita harus memahami hubungan kita dengan bumi dan sesama (Earth Society).
28 Jenama Pilihan: Wajah Desain Jakarta
Tentu saja, konsep yang kuat butuh eksekusi produk yang mumpuni. Paviliun Creative Jakarta tidak datang dengan tangan kosong. Ada 28 jenama yang dikurasi oleh ICAD, mencakup spektrum luas mulai dari artist’s merchandise, fashion, perhiasan, wellness, furnitur, hingga lighting.
Nama-nama seperti Fuguku dengan teknik jumputan modernnya, Pala Nusantara dengan jam tangan kayunya, hingga inovasi material limbah dari Robries dan Conture Concrete Lab, semuanya hadir menunjukkan bahwa desain Indonesia sudah sangat matang untuk pasar global.

Mereka tidak hanya menjual produk, tapi juga menawarkan solusi gaya hidup yang berkelanjutanāsebuah nilai yang sangat dihargai oleh pasar Korea Selatan dan global saat ini.
Kehadiran mereka di Seoul bukan sekadar showcase, tapi sebuah misi diplomasi kreatif. Melalui interaksi langsung dengan audiens global, Creative Jakarta sedang membuka jalan (wayfinding) bagi ekosistem desain kita untuk berekspansi lebih jauh.

Jadi, jika kamu bertanya-tanya apakah desain lokal kita mampu bersaing di level dunia, 28 jenama di Seoul Design Festival 2025 ini adalah bukti nyata jawabannya: Ya, dan kita melakukannya dengan gaya kita sendiri.
Simak terus seri artikel liputan khusus ini, karena selanjutnya kita akan bedah satu per satu jenama-jenama tersebut berdasarkan kategorinya. Stay tuned!