Jalinan Waktu antara Indonesia dan Jepang dalam Wastra Serta Warna

Aragea Hidayat

Hubungan antara Indonesia dan Jepang telah terjalin lama, bukan hanya melalui diplomasi modern tetapi juga lewat pertukaran budaya yang halus dan penuh makna. Sejak abad ke-17, jalur perdagangan yang dibangun oleh bangsa Eropa mempertemukan dua kawasan kepulauan ini dalam arus barang, gagasan, dan estetika.

Di antara komoditas yang menjadi saksi pertukaran itu, kain dan tekstil memainkan peran penting sebagai medium cerita dan identitas. Dari latar belakang sejarah tersebut, Museum Nasional Indonesia bersama Museum Nasional Tokyo menghadirkan pameran “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang” yang membuka kembali kisah persinggungan budaya antara Asia Timur dan Asia Tenggara melalui bahasa kain.

Pameran ini dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, di Museum Nasional Indonesia pada 24 Oktober 2025 lalu. Sebanyak 26 koleksi wastra Jepang ditampilkan, sebagian besar berupa kimono dari koleksi Museum Nasional Tokyo.

Pameran ini dikuratori oleh Dr. Oyama Yuzuruha, Kurator Utama sekaligus Kepala Bagian Penelitian Museum Nasional Tokyo, yang selama lebih dari sepuluh tahun mendalami sejarah dan teknik tenunan tradisional di Asia.

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon melihat koleksi pameran usai melakukan peresmian. Dok. Museum Nasional Indonesia

Melalui pameran ini, pengunjung diajak menyelami keindahan teknik pewarnaan dan tenunan yang menjadi ruh dari budaya wastra kedua negara. Setiap helai kain memperlihatkan hubungan visual dan makna simbolik yang lahir dari proses panjang pertukaran budaya. Warisan tekstil ini tidak hanya menunjukkan keindahan estetika, tetapi juga mencerminkan hubungan sosial, perdagangan, dan spiritual yang membentuk peradaban di kedua wilayah.

Kepala Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno, menuturkan bahwa pameran ini menjadi jembatan budaya yang mempertemukan dua bangsa melalui bahasa kain.

“Pameran ini menunjukkan bahwa tradisi wastra bukan hanya karya estetika, tetapi juga simbol pengetahuan, identitas, dan hubungan lintas waktu antarbangsa. Kami berharap publik dapat melihat bahwa pelestarian warisan budaya tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan yang dapat terus kita anyam bersama.” ujar Abi Kusno.

Motif Kain Indonesia dalam Pameran

Beberapa karya kimono dan busana tradisional yang ditampilkan berhasil menarik perhatian pengunjung. Salah satunya adalah Kimono with Batik Patchwork Patterns, karya yang memadukan teknik pewarnaan khas Jepang dengan gaya batik Indonesia. Kimono ini tampak seperti kain perca (patchwork), menampilkan corak kepala naga, menara bergaya Tiongkok, dan motif rok dalam yang penuh detail. Karya ini berasal dari tahun 1930-an, masa ketika Jepang mulai menaruh perhatian pada wilayah selatan dan masyarakatnya mulai tertarik pada kain Jawa.

Pengunjung sedang melihat beberapa karya yang dipamerkan. Dok. Museum Nasional

Selain itu, terdapat Upper Garment with Geometric Patterns and Flowers, busana pria Minangkabau untuk acara resmi yang dikenal sebagai baju. Kainnya dihiasi tenunan benang sulam emas dengan inti benang sutra berwarna kuning pucat yang dililit potongan kecil kertas emas, menampilkan corak geometris dan floral yang timbul dengan kemewahan halus.

Busana pria Minangkabau lainnya yang tak kalah menarik adalah Trousers with Floral Vines, atau sarawa, celana panjang dengan potongan longgar pada bagian pinggang dan selangkangan yang melambangkan kebebasan serta kemurahan hati pemakainya. Kain ini ditenun menggunakan teknik ikat pakan dan tenun timbul berpola brokat dengan benang sulam emas yang memantulkan cahaya lembut.

Karya berikutnya adalah Headcloth with Floral Vines and Small Flowers, penutup kepala resmi pria Minangkabau dengan corak bunga arabesque di bagian tengah serta tenun timbul dan brokat berpola di sekelilingnya. Benang sulam emasnya memiliki inti sutra merah muda yang dililit potongan kecil kertas emas, menghasilkan kilau mewah dan tekstur lembut yang melambangkan kehormatan serta martabat pemakainya.

Selain empat karya utama tersebut, pengunjung juga dapat menikmati beragam kerajinan tekstil khas Jepang lainnya yang menampilkan ragam teknik pewarnaan, tenunan halus, serta filosofi yang menyertainya. Koleksi-koleksi ini memperlihatkan bagaimana nilai estetika dan makna simbolik berpadu menjadi satu kesatuan yang terus hidup dari masa ke masa.

Penyelenggara sedang menjelaskan tentang salah satu karya di pameran. Dok. Museum Nasional

Pameran “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang” dibuka untuk umum mulai 25 Oktober hingga 7 Desember 2025 setiap hari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB dengan penutupan setiap hari Senin. Selama periode tersebut, pengunjung juga dapat mengikuti berbagai workshop budaya Jepang yang diadakan setiap akhir pekan secara gratis, bekerja sama dengan komunitas seni dan budaya Jepang di Indonesia.

Lebih jauh, pameran ini menyingkap sejarah panjang interaksi visual antara kedua bangsa. Sejak abad ke-17, kain Sarasa dari India Timur telah menjadi komoditas penting dalam perdagangan antara Indonesia dan Jepang.

Melalui jalur Belanda, kain bergambar tangan yang dikenal sebagai kalamkari ini masuk ke pasar Nusantara dan Jepang. Desain yang semula dibuat untuk Indonesia ternyata turut memikat masyarakat Jepang, hingga motif khas seperti tumpal, bentuk gerigi yang sering ditemukan pada sarung dan kain panjang di Indonesia, mulai diadaptasi dalam rancangan kimono dan haori.

Jejak ini memperlihatkan bahwa pertemuan budaya tidak hanya terjadi di pelabuhan atau ruang diplomasi, tetapi juga di atas selembar kain. Dari batik hingga tenun, dari motif hingga warna, keduanya menjadi penanda bahwa hubungan Indonesia dan Jepang telah lama dirajut dalam jalinan waktu yang lembut namun kuat. Pameran ini menjadi ruang perenungan sekaligus perayaan atas warisan tekstil Asia yang terus bertransformasi tanpa kehilangan akar tradisinya.

Bagi Anda yang ingin mengetahui beragam pameran yang sedang berlangsung saat ini, Anda bisa mencari informasinya di sini.

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya