Sapuan Perjuangan: Jejak Kemerdekaan di Kanvas Maestro Indonesia

Handy Nursatyo

Langkah-langkah saya menyusuri ruang demi ruang galeri sering kali tanpa rencana. Seperti orang yang mencari sesuatu, tapi tak tahu apa. Namun dari balik kanvas, dari ruang-ruang hening tempat lukisan-lukisan menggantung, kerap kali merasa ada yang memanggil: suara sejarah dan perjuangan. Dan menjelang HUT Republik Indonesia ke-80 ini, sepertinya suara itu makin nyaring. 

Jika buku mencatat fakta, maka lukisan menyimpan rasa. Beberapa pekan terakhir, saya kembali menyusuri museum-museum seni rupa: dari Museum Nasional, Galeri Nasional, hingga ruang-ruang pamer independen. Dan saya mendapati bahwa tak sedikit pelukis Indonesia yang secara diam-diam atau gamblang, telah menjadikan perjuangan sebagai nafas dari sapuan kuasnya.

Berikut adalah lima pelukis Indonesia yang secara literal maupun implisit, menghadirkan perjuangan sebagai tema abadi dalam karya mereka

S. Sudjojono – Kawan-kawan Revolusi

Source: insideindonesia.org

Sebagai bapak seni lukis modern Indonesia, Sudjojono tak hanya menggambarkan wajah-wajah pejuang, tapi juga melukis ide dan keberpihakan. Kawan-kawan Revolusi adalah potret bukan hanya manusia, tapi semangat zaman. Sorot mata mereka, kekakuan tubuhnya, seakan ingin keluar dari kanvas untuk kembali ke medan juang.

Hendra Gunawan – Gerilya

Dalam warna-warna yang semarak dan bentuk tubuh yang memanjang dramatis, Hendra menghadirkan narasi perjuangan dengan keindahan yang menyakitkan. Gerilya adalah puisi visual tentang perang rakyat yang membaurkan batas antara hidup dan mati, antara harapan dan kehilangan.

Basuki Abdullah – Pangeran Diponegoro Memimpin Pertempuran

Meski dikenal dengan gaya realis-romantis, Basuki Abdullah menangkap heroisme tokoh bangsa dengan kekuatan dramatis. Pangeran Diponegoro Memimpin Perang bukan sekadar lukisan sejarah, tapi sebuah panggung teater di mana semangat perlawanan tak pernah padam.

Dullah – Persiapan Gerilya

Berguru pada Sudjojono dan Affandi adalah harga yang pantas untuk “dibayar” oleh Dullah, pelukis dokumenter perjuangan yang hadir di momen-momen genting bangsa. Dalam Persiapan Gerilya, kita akan merasakan sebuah tensi perjuangan, tanpa perlu menyaksikan pertempuran.

Trubus Soedarsono – Pantang Mundur

Meski pun berwarna hangat, Pantang Mundur adalah potret tentang nasionalisme yang sangat kuat, ditambah kesan heroik dan emosional di lokasi pertempuran dengan menghadirkan latar sebuah bangunan yang terbakar “ditemani” oleh tank yang berada di sampingnya. 

Kini, menjelang 80 tahun Indonesia merdeka, saya merasa bahwa perjalanan ke museum bukan sekadar nostalgia. Ini adalah ziarah ke dalam makna “merdeka”. Dalam dunia yang semakin cepat melupakan, lukisan-lukisan ini adalah pengingat bahwa perjuangan tak pernah usai, ia hanya berubah bentuk.

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya