Berawal dari melihat posting-an @ditut, seorang sewing artist dan Surface Pattern Designer yang juga memiliki akun @sewdaynyc dan bermukim di NYC saat ini, ia mengenalkan karya-karya digital fashion atau sering disebut juga cyber clothing/digital garments.
Digital Fashion yang membuatmu dapat mengenakan pakaian dengan desain yang rasanya mustahil dikenakan di keseharian apalagi dengan teknik pembuatan yang tak mungkin diproduksi dalam waktu singkat.
Berapa banyak teman kalian yang membeli baju hanya untuk sebuah postingan di Instagram? Hingga akhirnya baju-baju ini menumpuk dan pada akhirnya berakhir di tumpukan sampah tekstil. Limbah garmen yang dihasilkan setiap tahunnya kini mencapai 92 juta ton. Dan tanpa adanya langkah khusus, jumlah tersebut diperkirakan dapat meningkat hingga 132 juta ton pada tahun 2030.
Menurut The Fabricant, dengan menggunakan sampel busana digital, dapat mengurangi jejak karbon selama produksi sebesar 30% jika dibandingkan proses produksi secara fisik. Digitalisasi dapat mengurangi konsumsi jumlah air dan kandungan zat-zat kimia yang dapat lepas ke lingkungan. Berkat efisiensi penggunaan bahan baku kain dalam produksi busana, pastinya akan lebih sedikit pula jumlah tekstil yang terbuang.
Berbeda dengan fast fashion yang berperan besar dalam meningkatkan volume sampah tekstil, sampah pakaian digital tak akan menimbulkan sampah fisik, itu sebabnya banyak yang mulai mengadaptasi konsep digital fashion karena konsepnya yang murni digital.
Baca juga: Ada Esensi Self-Care dalam Bastua; Koleksi Kolaborasi Ikea dan Marimekko. Kok Bisa?
Melansir dari artikel di Harpersbazaar, tahapan dalam membuat pakaian digital disebut fitted to order. Para calon pembeli pakaian digital bisa mengunggah spot di mana pakaian tersebut akan dikenakan secara tiga dimensi sehingga terlihat sangat realistis. Kemudian hasil akhirnya dapat di-share oleh si pembeli.
Hasil akhir inilah yang kemudian dapat di-share. Cara serupa juga banyak dilakukan oleh kebanyakan brand cyber clothing, di antaranya termasuk Republique, Replicant, dan XR Couture. Lewat kehadiran aplikasi seperti Clo Fashion dan Marvelous Designer, semakin banyak pula kreator independen yang dapat menjual baju ke berbagai platform dan marketplace untuk digital fashion. Kondisi ini kemudian mendorong estetika baru karena banyak ide dapat hanya direalisasikan secara digital. Sebagai contoh adalah siluet yang sangat besar dan rumit, material yang tidak ada di dunia fisik, atau bahkan bentuk yang transformatif. Digital fashion bukan hanya seputar pakaian, tapi juga bisa ditransformasikan menjadi apa saja yang bisa dikenakan, mulai dari topi, sepatu, sampai perhiasan pun bisa diciptakan. The possibilities are endless.
Di dunia nyata, fashion designers kerap menemui tantangan akan keterbatasan bahan/fabrics dan kesulitan lain seperti membentuk pola-pola pakaian baru seperti yang ada dalam imajinasi mereka, namun segala kesulitan ini teratasi di dunia metaverse. Digital fashion designer bisa membuat ide eksotis apa pun dengan garmen/bahan yang rasanya sulit ditemui di dunia nyata.
Digital fashion bisa juga dianggap sebagai bisnis identitas, sekitar 60% GenZ dan 62% Millennial merasa bahwa bagaimana mereka merepresentasikan diri mereka secara online lebih penting dari bagaimana mereka tampil di dunia nyata. Apa yang kita kenakan selalu menjadi media untuk menilai kepribadian seseorang dan memperkirakan seperti apa karakter orang tersebut.
Ide digital fashion ini menurut beberapa sumber berawal dari kebangkitan 3-D printing, namun sejak teknologi dan metaverse membuat digital fashion jadi hal yang memungkinkan untuk diciptakan, kini dengan augmented reality dan virtual reality, kita bisa mencoba desain-desain inovatif ini tanpa harus meninggalkan rumah!
Digital Fashion Ala DRAUP dan TRIBUTE Brand
Meski makin banyak kemunculan brand dan perusahaan retail yang inovatif dengan ide-ide dan strategi pemasaran digital fashion-nya, DRAUP dan Tribute Brand adalah dua perusahaan yang cukup terdepan. DRAUP percaya bahwa financial returns membentuk fondasi ekosistem baru, dan berfokus pada tiga proposisi nilai utama: pasar untuk membeli pakaian asli digital terbaik, ruang untuk memamerkan dan mengenakan pakaian digital yang kalian beli, dan rute untuk menghasilkan uang dari mode digital ini (sewa-untuk-menghasilkan, memakai-untuk-menghasilkan, dan sebagainya.). DRAUP dipimpin oleh Dani Loftus dari This Outfit Does Not Exist, sebuah platform yang mendorong peralihan ke mode digital melalui pendidikan, eksplorasi, dan pameran.
Sementara Tribute Brand yang diluncurkan pada April 2020, begitu melesat muncul sebagai pemimpin di pasar mode digital global, menjual produk-produk mereka, dan bermitra dengan rumah mode mewah seperti Jean Paul Gaultier dan Carolina Herrera. Dipimpin oleh kreatif fashion digital pemenang penghargaan; Gala Marija Vrbanic, tim Tribute Brand telah membangun merek fashion digital terbaik di kelasnya, dengan keahlian utamanya adalah di bidang fashion tradisional, permodelan 3D CGI, blockchain, dan desain UX.
Gucci dan Sepatu Seharga 12 Dolarnya
Seperti dikatakan di atas, tak hanya pakaian, sepatu pun bisa menjadi digital fashion. Label mewah Gucci baru saha merilis “a brand new digital-only sneaker”. Harganya hanya 9-12 dolar!
Sneaker terbaru Gucci ini didesain oleh Alessandro Michele yang bekerja sama dengan Wanna, sebuah fashion tech studio desain Belarusia. Digital sneaker ini sekarang tersedia untuk dibeli di aplikasi Gucci atau Wanna. Aplikasi Gucci ini termasuk virtual fitting room, dan dilengkapi dengan teknologi AR! Whew!