Menuju Tubaba berhasil menyabet penghargaan di ajang Good Design Award 2022 di Jepang beberapa waktu lalu. Good Design Award sendiri merupakan sebuah program penganugerahan desain yang diadakan setiap tahun di Jepang dan telah berlangsung sejak tahun 1957.
Setelah membahas seputar kearifan lokal membanggakan yang diwujudkan lewat Kubah Bambu di perhelatan G20 yang lalu, kali ini ada kabar yang tak kalah membanggakan. Kini, karya yang memenangkan penghargaan internasional tersebut lahir dari kolaborasi praktisi desain lintas bidang, bernama Menuju Tubaba.
Menuju Tubaba merupakan sebuah inisiatif city branding (citra kota) yang digagas oleh berbagai pihak. Mulai dari pemerintah Tulang Bawang Barat (Tubaba) yang berkolaborasi dengan arsitek Andra Matin, kolektif Seni Studio Hanafi, desainer fashion Auguste Soesastro, dan pelaku industri kreatif dalam negeri yakni NUSAÉ sebagai pakar dalam branding, komunikasi visual, desain grafis, dan desain signage (environmental design).
Sekilas Tentang Menuju Tubaba
Tulang Bawang Barat terletak di utara Provinsi Lampung. Tepatnya pada tahun 2008, Tubaba resmi didirikan sebagai wilayah pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang.
Umar Ahmad yang menjabat sebagai Bupati Tulang Bawang Barat sejak 2014 mengungkapka bahwa Menuju Tubaba kelak akan menjadi masa depan Tulang Bawang Barat.
Beliau juga mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya para pelaku industri kreatif, arsitek, desainer, dan pelaku seni budaya untuk berpartisipasi dalam proyek memajukan daerah Tubaba.
Filosofi Menuju Tubaba
Menuju Tubaba mengusung filosofi “Tubaba: Negeri Pendatang Berbasis Budaya dan Ekologi“.
Di dalamnya, terdapat tiga unsur penting yakni:
1. Pendatang, sebagai pendorong pembaharuan wawasan dan ekonomi
2. Budaya dan spiritualitas, yang berperan sebagai penyeimbang antara pembangunan secara fisik dan kemajuan dari segi ekonomi
3. Ekologi, yang bermakna upaya pelestarian alam sebagai sumber kehidupan masyarakat.
Ketiga unsur ini tak hanya sekadar menjadi bagian dari filosofi Tubaba, melainkan sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat untuk membangun Tubaba ke depan.
Tak heran jika banyak orang menyebut wilayah Tubaba sebagai “Indonesia Mini” karena keanekaragaman budaya yang ada di wilayah ini. Meskipun berbeda-beda, tetapi kehidupan antar suku di Tubaba berjalan harmonis.
Lingkungan Tubaba
Wilayah Tulang Bawang Barat dianugerahi berbagai kekayaan alam yang selalu dilestarikan oleh masyarakat sekitar.
Mulai dari sungai Way Kanan, Way Kiri, dan Way Tulang Bawang sebagai sumber kehidupan yang menghasilkan ikan berlimpah, hingga Hutan Las Sengoq sebagai sumber makananan bagi masyarakat Lampung Kuno.
Tak hanya sebagai sumber penghidupan semata. Keberadaan sumber daya alam ini menjadi tolok ukur utama dalam pembangunan wilayah yang modern. Tanpa harus merusak lingkungan, Tubaba memulai proses pembangunan Uluan Nughik sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Tubaba yang tetap menjaga keseimbangan antara alam dan manusia.
Fakta di Balik Keberhasilan Menuju Tubaba Meraih Penghargaan Good Design Award 2022
Sebelum berpartisipasi dan menjadi pemenang dalam Good Design Award di Tokyo, Menuju Tubaba terlebih dahulu meraih penghargaan Good Design Indonesia (GDI) 2022 yang dilaksanakan pada 15 hingga 17 Juni lalu.
Good Design Indonesia merupakan program penganugerahan desain berskala nasional yang diberikan kepada karya-karya terbaik bangsa. Ajang ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia dengan Japan Institute of Design Promotion.
Good Design Award 2022 Di Jepang
Penghargaan Good Design Award yang diraih Menuju Tubaba dilaksanakan di Tokyo, Jepang pada 1 November lalu. Dalam ajang ini, penerimaan penghargaan diwakili oleh Umar Ahmad selaku Bupati Tubaba dan Andi Rahmat (Principal Designer and Director NUSAÉ).
Dalam pelaksanaannya, Good Design Award 2022 diikuti oleh 5.715 peserta dari 21 negara, termasuk tuan rumah Jepang, Amerika Serikat, Cina, dan Taiwan. Penjurian diketuai langsung oleh desainer produk Takashi Ashitomi beserta praktisi desain asal Jepang, dan sembilan juri lainnya yang berasal dari luar Jepang.
Konsep Desain Menuju Tubaba: Unik dengan Unsur Budaya Lokal
Sebagai sebuah proyek yang berlandaskan ekologi dan budaya, tentu saja Menuju Tubaba tak akan lepas dari unsur budaya lokal daerah setempat. Terbukti dengan konsep yang diusung oleh NUSAÉ yang mengoptimalkan unsur otentisitas lokal yang dikemas dengan desain kekinian.
Aksara Lampung Kaganga turut menjadi bagian dan identitas utama yang dapat terlihat dari desain cendera mata. Begitu pula unsur warna merah dan kuning yang menjadi dasar dalam konsep desain ini terinspirasi dari warna khas adat setempat.
Desain tipografi dalam tulisan TUBABA juga cukup unik. Huruf T dan A memiliki kaki huruf yang memanjang sebagai simbol kedalaman akar sejarah dan budaya lokal. Huruf A dimodifikasi menyerupai penunjuk arah ke depan, yang bermakna mewujudkan visi dan misi untuk kemajuan Tubaba di masa depan.
Bentuk dari huruf-huruf ini terinspirasi dari karakter aksara lokal yang terdapat di ikon Tubaba, yakni Masjid Agung Baitus Shobur.