Pulau Serangan, Bali, kini menjadi rumah bagi sebuah mahakarya arsitektur yang menggabungkan elemen tradisional, modern, dan berkelanjutan, yaitu Kampus United in Diversity (UID) dari The Kura-Kura Bali. Dirancang oleh arsitek Willis Kusuma, proyek ini berhasil menarik perhatian dunia setelah terpilih sebagai finalis di ajang bergengsi World Architecture Festival (WAF) 2024 dalam kategori Higher Education and Research.
Willis Kusuma mengambil inspirasi untuk mendesain bangunan kampus ini dari kompleks tradisional Bali, di mana ruang-ruang diatur sesuai dengan kosmologi dan nilai komunal yang mendalam. Bangunan ini dirancang sebagai fasilitas serba guna yang memadukan fungsi pendidikan dan komersial. Posisi bangunan yang menghadap langsung ke Gunung Agung, menambah dimensi simbolis yang kuat sebagai penghormatan terhadap alam dan tradisi Bali.
Konsep desainnya berakar pada bentuk tradisional Bale, sebuah struktur beratap jerami yang biasanya berfungsi sebagai aula serbaguna untuk berkumpul. Willis Kusuma Architects mengambil konsep ini dan memperluasnya menjadi superstruktur modern. Jika dalam kompleks Bali tradisional Bale biasanya berada di dalam, desain ini membalik pola tersebut dengan menciptakan bangunan utama yang menonjol.
“Menanggapi permintaan klien, Willis Kusuma Architects mengambil inspirasi dari kompleks tradisional Bali, di mana setiap ruang diatur sesuai dengan pandangan dan kehidupan bersama masyarakat Bali. Rancangan bangunan dibagi menjadi beberapa bagian berbentuk kotak dari batu bata, yang ditopang oleh kolom baja tinggi hingga ke atap, menciptakan ruang terbuka untuk cuaca tropis.” tulis Willis Kusuma Architects melalui akun Instagram @williskusumaarchitects pada Kamis, 8 Agustus 2024 lalu.
Pada lantai dasar kampus ini, ada ruang komersial dengan dinding kaca besar yang membuatnya terasa terbuka dan terhubung langsung dengan lingkungan sekitar. Di sana juga ada amfiteater yang jadi tempat asyik buat berkumpul bagi para mahasiswa dan pengunjung.
Di lantai dua dan tiga, ada ruang kelas dan area kerja bersama yang dirancang supaya suasana belajar semakin nyaman. Sedangkan di lantai tiga terdapat ruang kantor, aula serbaguna, dan ruang media. Dan di bagian paling atas, ada ruangan seperti rooftop yang bisa dipakai untuk duduk santai sambil menikmati pemandangan indah seluruh pulau.
Selain mengusung konsep perpaduan desain modern dan tradisional, kampus ini juga dirancang dengan prinsip ramah lingkungan. Penggunaan material yang efisien membantu mengurangi jejak karbon, sementara adanya ventilasi alami mengurangi kebutuhan akan pendingin ruangan. Cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan mengurangi konsumsi listrik, dan lanskap hijau di sekitar kampus tidak hanya memperindah suasana, tetapi juga mendukung kesehatan mental dan fisik dari para pengunjung kampus.
Kampus UID Bali adalah bukti bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Dengan perpaduan nilai budaya Bali, teknologi modern, dan komitmen pada keberlanjutan, kampus ini menjadi contoh luar biasa bagaimana desain bisa memberikan dampak positif.
Baca artikel lainnya https://written.id/desain/potret-desain-toko-roti-di-papua-yang-menembus-shortlist-waf-2024/