Merayakan Lebaran Seni di ARTJOG 2024

Arif Nurohman
Agus Suwage & Titarubi, Suara Keheningan (2024) installation of chambers, sound, various objects, images, seeds, plants and rice grains variable dimensions

Bagaimana mungkin para penikmat seni melewatkan ajang tahunan ARTJOG? Festival seni yang sudah dimulai sejak tahun 2008 ini selalu hadir di sebuah kota yang terkenal dengan kulinernya bernama ‘Gudeg’, yup kota tersebut adalah kota Yogyakarta. ARTJOG selalu disebut sebagai hari Lebaran nya para seniman dan penikmat seni di Indonesia karena di sinilah tempat bertemunya para seniman dengan seniman lain dan juga mempertemukan karya mereka dengan para penikmat seni secara langsung.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ARTJOG tahun ini hadir kembali di Jogja National Museum yang selalu menjadi tempat bertemunya para penikmat seni dan karya-karya dari seniman hebat terkurasi yang tidak jarang membuat para pengunjung berdecak kagum pada karya yang ditampilkan. Pagelaran seni ini bisa dikunjungi pada 28 Juni-1 September 2024.

Yudi Sulistyo, Melihat Negeri di Bawah Angin (2024) carton paper and acrylic paint variable dimensions

Jika tahun lalu ARTJOG mengangkat tema ‘Motif: Lamaran‘, tahun ini tema yang diangkat adalah ‘Motif: Ramalan‘ sebagai tema lanjutannya. Tema ini mencakup arti yang cukup luas, Ramalan adalah pola imajiner yang menghubungkan persilangan antara waktu lampau, hari ini, dan esok. Sebagai motif imajiner, pemaknaan atas suatu peristiwa tidak sepenuhnya ditentukan oleh sesuatu yang mendahuluinya, layaknya sebuah hipotesis di dalam bidang keilmuan. Bagi seniman, ramalah adalah imajinasi dan daya prediksi yang menggerakkan kreativitas dalam proses mencipta. Gagasan tema ramalan ini juga tidak hanya bermaksud untuk memastikan nujum atau ramalan para peramal di masa lalu, namun tema ini menawarkan kesempatan bagi kita untuk membayangkan kembali gambaran peristiwa dan harapan menuju hari esok. Kurang lebih begitulah penjelasan dari Heri Pemad selaku pendiri ARTJOG dalam jumpa pers yang dilangsungkan pada 28 Juni 2024 lalu.

Sebanyak 48 seniman dewasa serta 36 seniman anak dan remaja menampilkan karya di dalam gedung 3 lantai Jogja National Museum. Jika kamu ingin menikmati dan memahami secara dalam seluruh karya yang ditampilkan, sepertinya kamu butuh waktu yang lebih, karena waktu beberapa jam saja tidak cukup untuk mengeksplorasi semua karya.

Agus Suwage & Titarubi, Suara Keheningan (2024) installation of chambers, sound, various objects, images, seeds, plants and rice grains variable dimensions

Ketika menghadiri ARTJOG 2024, kita akan disambut oleh karya seniman komisi tahun ini yaitu Agus Suwage dan Tirtarubi dengan judul ‘Suara Keheningan‘ yang disajikan melalui karya instalasi interaktif dengan berbagai dimensi dan media. Karya ini ditampilkan dari depan gedung pamer, di dalam bangunan khusus yang di dalamnya terdapat area lobi dan lorong dengan beberapa bilik ruangan. Agus Suwage menampilkan objek-objek telinga manusia sebagai simbol indra pendengaran yang sangat “toleran” di ruang sosial kita yang penuh dengan kebisingan dan terbuka dengan hal-hal yang ada seperti suara alam. Suara yang dihadirkan adalah suara-suara rekaman doa, mantra, pepatah, dan pujian dari kelompok suku pedalaman Indonesia. Di ruang yang sama Tirtarubi menumbuhkan berbagai macam jenis padi sebagai simbol ramalan tentang ketahanan pangan.

Agus Suwage & Titarubi, Suara Keheningan (2024) installation of chambers, sound, various objects, images, seeds, plants and rice grains variable dimensions

Berdasarkan perbincangan dengan written, kedua seniman komisi ARTJOG tahun ini Agus Suwage dan Tirtarubi menceritakan bahwa “Ide utama dari rangkaian karya ‘Suara Keheningan’ adalah tentang tidak didengarnya agama lokal, tetapi jika kita melihat mereka, kita akan melihat mereka menjaga mata air, menjaga gunung, merekalah yang menjaga alam. Mereka lebih paham dan lebih aware tetapi kita tidak pernah mendengar mereka. Nah itu yang disebut dengan suara keheningan, jadi sesuatu yang mungkin hening tetapi keheningan itu sendiri memiliki makna bagi kita, kita membutuhkan juga sesuatu yang hening”

Wawan Dalbo, Wrong Way #1, Wrong Way #2, PATHWAYS and PAUSE, NOTHING (2024) mixed media installation

Deretan seniman yang menampilkan karya pada Artjog tahun ini adalah: Agus Suwage & Titarubi, Agan Harahap, Agnes Hansella, Agugn Prabowo, Alisa Chuncue, Ariani Darmawan, Asmoadji, Atreyu Moniaga, Cecil Mariani, Darren Chandra, Dede Cipon, Diyanto, Elia Nurvista, Hanura Hosea, Haris Purnomo, Heman Chong, Iftikhar Ahmad R, Ines Katamso, Jay Afrisando, Julia Sarisetiati, Julian Abraham ‘Togar’, Jun Kitazawa, Kanoko Takaya, Koh Kai Ting dan Aw Boon Xin, Kolektif Menyusur Eko Prawoto, Maryanto, Mishka Fathina Dewanto, Muhammad Praditya Arifian Zein, Nicholas Saputra, Happy Salma, (alm) Gunawan Maryanto, Nona Yoanishara, Nurrachmat Widyasena, On Kawara, Paul Kadarisman, Pius Sigit Kuncoro, Ramadhan Arif Fatkhur, Rangga Purbaya, Rayaka Agashtya Wibowo, Riar Rizaldi, Stefanus Endry Pragusta, Subandi Giyanto, TEMPA, Trio Muharam, Tromarama, Wawan Dalbo, Widi Pangestu, Yola Yulfianti, Yudi Sulistyo, dan Zeta Ranniry Abidin.

Zeta Ranniry Abidin, Countless Possibilities (2024) mixed media on canvas

Untuk kamu yang berencana merayakan Lebaran Seni di ARTJOG 2024 dan ingin lebih paham tentang makna dibalik karya yang ditampilkan oleh para seniman, kamu bisa mengikuti Exhibition Tour dengan melihat jadwalnya di sini

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya