Bagi kamu yang ingin mempelajari sejarah tapi segan baca buku sejarah yang serius maka genre historical fiction bisa jadi pilihan. Novel karangan Leila Chudori, Laut Bercerita (2017), termasuk dalam genre ini karena bercerita tentang peristiwa kelam 1998 melalui sudut pandang seorang mahasiswa demonstran.
Pada masa itu, suasana politik Indonesia tengah bergejolak. Pemerintahan otoriter di bawah Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 30 tahun dan krisis moneter yang mencekik masyarakat kecil jadi pemicu rangkaian demonstrasi mahasiswa yang menuntut pengunduran diri Soeharto sebagai presiden.
Namun, lanskap politik tersebut hanyalah latar belakang karena narasi Laut Bercerita dituntun oleh dua tokoh: Biru Laut, seorang mahasiswa yang terlibat dalam aksi demontrasi, dan adiknya, Asmara Jati, yang kemudian menyelidiki kehilangan sang kakak.
Sebetulnya tidak ada yang misterius dari hilangnya Biru Laut. Sebab bagian pertama Laut Bercerita mengikuti aktivitas Biru Laut bersama sesama rekan mahasiswa yang kerap mengadakan pertemuan diam-diam untuk merencanakan aksi demonstrasi berikutnya, hingga kejadian mereka ditangkap dan disiksa oleh tentara.
Setelah gagal mengekspos derita petani jagung di Blangguan, Jawa Timur, mereka disekap di sebuah ruangan sel tempat mereka disiksa secara bergilir untuk mendapatkan pengakuan nama-nama mahasiswa lain yang terlibat.
Penyiksaan mereka digambarkan sangat sadis. Mulai dari dipukuli, disundut rokok, disetrum, dibaringkan di atas balok es tanpa busana, sampai di gantung dengan kepala di bawah sementara semut merah dikerahkan untuk menyengat mata mereka.
Fiksi atau Nyata?
Bila kamu bertanya-tanya, apakah ini bagian dari “fiksi” pada genre? jawabannya adalah tidak. Karena Leila Chudori, seorang jurnalis majalah Tempo, telah lima tahun melakukan riset mendalam dan mewawancarai sejumlah narasumber mahasiswa yang dibebaskan (yang ia mulai sejak pembuatan edisi khusus Tempo tentang Soeharto). Biru Laut serta tokoh-tokoh lainnya merupakan komposit dari berbagai narasumber tersebut.
Elemen fiksi lebih tertera pada interaksi tokoh, jalinan cinta Biru Laut dengan Anjani, dan pada akhir perjalanan Biru Laut yang, ironisnya, berakhir di dasar laut—lokasi yang memang diduga menjadi tempat pembuangan terakhir mahasiswa-mahasiswa yang menghilang.
Sementara narasi bagian kedua Laut Bercerita diambil alih oleh Asmara Jati yang berprofesi sebagai dokter. Ia terlibat dalam komisi yang bertugas menyelidiki peristiwa 1998 dan hilangnya 13 aktivis. Asmara menjadi semacam liaison dan jubir antara pihak komisi dan para orangtua mahasiswa yang hilang, termasuk orangtuanya sendiri yang masih menyangkal kemungkinan Biru Laut telah meninggal dibunuh oleh militer. (Gestur kecil ketika sang ibu tetap menaruh piring di meja makan untuk anaknya merupakan sentuhan penulis yang emosional).
Novel Laut Bercerita merupakan novel yang wajib baca bila kamu penasaran soal salah satu masa lalu kelam dalam sejarah Indonesia. Ngeri membayangkan kekejaman yang dialami oleh mahasiswa-mahasiswa yang tertangkap. Mereka yang pada akhirnya selamat pun jadi trauma, seperti karakter Alex, yang lama tak bisa mengungkapkan keseluruhan pengalaman yang ia lalui kepada Asmara yang kemudian jadi pacarnya.
Kepiawaian Leila Chudori sebagai penulis layak dikagumi. Berbagai tokoh di luar Biru Laut dan Asmara Jati memiliki kepribadian yang langsung melekat di benak, dan ia mampu merangkai interaksi berbagai tokoh dengan apik. Sementara perbedaan cpendekatan dalam kedua bab pun kentara terasa: kalau porsi Biru Laut lebih tentang runutan kejadian (bisa dibilang bagian “action” pada cerita), maka porsi Asmara lebih memelan dan menekankan aspek drama kemanusiaan yang menggugah emosi.
Meskipun tak merata sempurna, terutama soal hubungan tarik-ulur cinta antara Biru Laut-Anjani Dan Asmara Jati-Alex yang terkesan ingin “meringankan” suasana dengan kisah kasih anak muda, tapi Laut Bercerita tetap konsisten pada alur cerita.
Di era media sosial, aktivisme bisa dengan mudah dilakukan di mana saja. Maka betapa mudahnya kita bisa melupakan betapa keras dan menantangnya upaya perjuangan rakyat Indonesia sebelumnya.
Laut Bercerita jadi pengingat akan masa itu.