Liisa Hietanen

Liisa Hietanen, Seniman Rajut Pencipta Doppelgangers

23 January 2023

Andhini Puteri

Seniman rajut asal Finlandia menciptakan Doppelgangers berupa boneka-boneka rajutan atau manekin seukuran manusia asli.

Seberapa kuat kalian merajut sesuatu? Bikin tatakan gelas pakai benang rajut rasanya sudah kebanggaan besar, karena kesabaran adalah koenci untuk proses satu ini. Tapi, Liisa Hietanen, seniman rajut dari Finlandia membuat boneka-boneka rajut/manekin seukuran manusia, dengan ekspresi dan gestur yang persis dengan manusia normal. Liisa mengingatkan kita pada Mulyana Mogus alias Mang Moel, seniman rajut Jogja yang naik daun berkat karya Sea Remembers miliknya di Artjog 2018. Seniman rajut di Indonesia belum terlalu banyak saat ini namun ada juga Cynthia Delaney Suwito, karyanya pernah dipajang di Media Art Globale 2019 di Komunitas Salihara. Kala itu, ia membuat rajutan mie instan. 

Di Finlandia, ada masa ketika seni rajut populer, bahkan para tim Olimpiade Finlandia sangat mungkin terlihat sedang merajut sebelum atau sesudah kompetisi Winter Olympics 2018.

Liisa Hietanen membawa seni rajut/crochet to the next level. Ia mulai merajut sejak usia 10 tahun, hingga kemudian berlanjut hingga dewasa dan masuk ke sekolah seni. Di sekolah inilah ia membuat karya besar pertamanya yang bernama “Pirkko”; boneka rajutan serupa gurunya di kelas satu. Ia terinspirasi menggunakan rajut/crochet sebagai media berkarya karena menurutnya “teknik rajutan bisa sangat cocok untuk menggambarkan karakter dengan sempurna.”

Ia adalah Bachelor of Design dari Lahti University of Applied Sciences di 2007, juga Bachelor of Fine Arts from Tampere University of Applied Sciences di 2012. Saat ini ia tinggal di Hameenkyro, Finlandia. 

Desa Hämeenkyrö, Finlandia menjadi percobaan pertama karyanya yang dinamakan Villagers. Hietanen memulai karyanya ini dengan membuat manekin/boneka rajutan serupa karakter orang-orang yang tinggal di desanya ini. Ia meminta mereka menjadi model, memfoto mereka, dan memperhatikan tingkah laku mereka untuk bisa menangkap kepribadian mereka dan menjadi inspirasinya saat berkarya.

“Kami kemudian bertemu dan membuat pose. Saya akan memfoto orang tersebut dari berbagai sudut/angle dan sedikit melakukan pengukuran,” ujar Hietanen saat diwawancarai Mother Nature Network. 

Detail dalam karya-karya manekin rajutan ini benar-benar di atas rata-rata. Bukan hanya bisa membuat gestur boneka yang sangat mirip dengan figur aslinya, tapi juga ekspresi dan garis-garis wajah karya rajutannya ini sangat mirip dengan orang yang ia tiru. Rata-rata ia membutuhkan sekitar tiga bulan untuk menyelesaikan satu boneka/manekin.

Biasanya, ketika mulai mengerjakan bagian wajah dan tangan, ia akan menemui model-modelnya lagi, mengajak mereka ngopi atau makan siang sambil mempelajari karakteristik mereka.

Dengan mempelajari perilaku model-modelnya ini, maka akan lebih mudah buatnya untuk menggambarkan karakter dan perasaan orang yang akan dibuat bonekanya.

Teknik yang dipakai untuk membuat sebuah manekin yang sedang berdiri atau pun duduk, ia menggunakan struktur dari rebar, dan menggunakan semen untuk menambah bobot/beratnya. Karya-karyanya sekilas mengingatkan pada karya Ayano Tsukimi, seniman paruh baya yang menyulap Desa Nagoro, desa terpencil di Pegunungan Selatan Pulau Shikoku dengan banyak boneka sebagai pengganti penduduk asli.  Boneka-boneka ini ditempatkannya di hampir seluruh area desa, seolah mereka benar-benar hidup dan beraktivitas layaknya warga lokal.

Dalam situsnya, ia mengungkapkan bahwa teknik yang dipakainya membawanya ke sebuah pemikiran baru, bahwa ini merupakan karya yang bersambung, menggambarkan masa kini, dan seolah mengizinkan sebuat potret diri menemukan karakternya sendiri.

Bukan cuma membuat figur-figur serupa penduduk desanya saja, karyanya yang juga epik adalah sebuah kamar mandi (ya, benar, dari rajutan!) bahkan sampai tisu toilet dan sampah di dalam tempat sampah di kamar mandi buatannya itu terbuat dari rajutan.

Karya-karyanya memang lekat dengan keseharian. Ia juga sering membuat benda-benda rajutan yang sederhana seperti piring berisi sop, sampai kantong belanjaan berisi pisang. Kalau kalian, apa yang akan kalian lakukan saat bertemu Doppelganger kalian di tengah jalan?

Share:

Artikel Lainnya

No data was found