Lukisan berwarna cerahnya tengah menyelimuti Fondation Louis Vuitton, sebuah galeri atau space transformatif di Paris. David Hockney 25 adalah bentuk dari apresiasi untuk satu nama yang tak pernah berhenti mengeksplorasi, the man on the title himself.
Sudah berlangsung sejak awal tahun, pameran ini sudah memasuki masa pamer bulan terakhirnya. Lebih dari 400 karya seniman asal Bradford, Inggris ini akan kembali ke tempatnya masing-masing tanggal 31 Agustus 2025. Mulai dari lukisan klasik, ink on paper, video instalasi, dan tentu saja karyanya di media digital.
Pameran ini adalah retrospektif terbesar sepanjang hidupnya. Menceritakan bagaimana seorang seniman yang lahir di tahun 1937 masih terus berkarya, terlepas zaman yang kerap berputar.
Siapa David Hockney?
Hockney bukan seniman biasa. Ia mulai berkarya di tahun 1955, namanya mencuat di era 1960-an sebagai salah satu ikon British Pop Art. Ia adalah salah satu sosok seniman ternama yang tak pernah berhenti belajar. Dari movement Baroque, Cubism, bahkan teori warna iklan, Hockney menyulamnya jadi gayanya sendiri.
Dari tujuh dekade lebih ia berkarya, ada beberapa karya Hockney yang populer. Seperti A Bigger Splash (1967), Mr and Mrs Clark and Percy (1971), Portrait of an Artist (1972), My Parents (1977), portrait teman-temannya, sampai suasana pergantian musim di Normandia.
Retrospektif Terbesar David Hockney
Pameran yang berlangsung selama lima bulan ini menempati 11 ruangan di Fondation Louis Vuitton, Paris. Enggak cuma menampilkan karya-karya zaman dulunya, retrospective ini juga mengikutsertakan koleksi terbarunya. Bahkan saat proses persiapan, David diberitakan sedang sibuk “menambal” warna di atas kanvas.
Hampir setiap sudut bangunan yang menjadi bagian dari fashion tycoon group, LVMH, ini dipenuhi oleh karya-karya David. Mulai dari lukisan cat minyak, akrilik, gambar pensil, mural digital, sampai instalasi video yang membuat pengunjung tertegun lewat permainan cahaya dan musim.
Lampu neon bertuliskan “Do remember they can’t cancel the spring” menjadi narasi besar di pameran. Ini merupakan refleksinya di era pandemi, yang tetap optimis dan menganggap hidup akan terus berjalan walau berbagai macam batasan ditelurkan setiap harinya.
Apa yang Membuat David Hockney Istimewa?
- Gayanya yang unik dan identik hanya padanya.
Kalau seniman lain seringnya terikat pada satu gaya atau aliran, Hockney justru berkelindan di banyak gaya. Ia memecahkan “peraturan” perspektif, menggabungkan berbagai sudut pandang, sampai pindah dari lukisan klasik ke teknologi digital tanpa jeda. Ia bahkan bereksperimen melukis di iPad sedari 2010-an lalu, membuktikan bahwa seni bukan soal medium, tapi soal cara melihat dan berekspresi.
- Rasa cintanya pada kehidupan.
Hockney bukan perupa yang “jauh” dari manusia. Ia justru memperlihatkan apa yang datang dan pergi dalam kesehariannya. Elemen tersebut ia lihatkan dari kolam renang, rumah, ruang makan, dan wajah-wajah yang dekat dengannya. Kehidupan sehari-hari manusia modern jadi subyek utama. Ini berbeda dari sebagian besar seniman Pop-Art yang cenderung menyerap ikon-ikon konsumerisme massal. Hockney justru memilih subyek yang lebih humanis dan hangat. - A rebel with taste.
Hockney adalah pribadi yang cuek. Di saat negara tempatnya dilahirkan masih anti LGBTQ+, ia tidak pernah menutup-nutupi pilihan seksualnya. Dengan berani ia menafsirkan rasa cintanya di atas kanvas, terlebih di series yang ada kolam renangnya.
The Takeout
Di pameran ini kita diajak melihat bagaimana seorang maestro tak pernah berhenti mencari wawasan baru. Usia yang sudah dikepalai angka 8 tidak jadi masalah. Sampai sekarang, ia masih aktif melukis, bereksperimen dengan teknologi, menciptakan karya berskala besar. Ia membuktikan bahwa dirinya adalah seniman sejati.
- Belajar dari resilience Hockney.
Di zaman serba cepat, ia membuktikan bahwa pengembangan karakter dan karya bisa berlangsung seumur hidup. Ia tidak pernah membatasi dirinya pada satu zaman, satu teknik, sampai satu cara pandang. - Inspirasi bagi orang sekitar.
Mulai dari menyuarakan identitasnya, sampai belajar soal teknis baru, Hockney membuat segalanya sepenuh hati. - Melihat seni sebagai jembatan.
Karya Hockney sudah dikenal dan dikoleksi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebuah bukti kalau seni bisa jadi medium dialog lintas batas, lintas zaman, dan lintas identitas.
Pameran David Hockney 25 di Paris ini bukan sekadar pameran lukisan. Ini adalah ajakan untuk melihat dunia lebih luas, lebih berwarna, dan lebih bebas. Karena, seperti pesan yang ia sampaikan berwarna pink neon : “Do remember they can’t cancel the spring”. Yang artinya, mau di musim apa pun, selalu ada ruang untuk menumbuhkan ide dan harapan baru. Mulai dari hal-hal di sekitar kita, dari warna, musim, hingga teknologi, tanpa harus terpaku pada pola lama.
Banyak seniman yang mampu menjadi simbol dari budaya, movement, negara, sampai tradisinya, selain David Hockney, contoh lainnya ada Frida Kahlo. Banyak yang bisa kamu pelajari dari perempuan tangguh dan impresif asal Meksiko ini.