Sebuah standar baru dalam dunia kompetisi seni Tanah Air telah tercipta. Lebih dari 2.300 karya seni masuk dari peserta yang jumlahnya melebihi 1.600 pendaftar. Angka bombastis ini terkumpul dari Aceh hingga Papua. Angka yang fantastis ini menjadi bukti antusiasme luar biasa pada penyelenggaraan perdana MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025.
Kompetisi ini bukan sekadar ajang unjuk gigi, tetapi sebuah pernyataan bahwa ekosistem seni Indonesia memiliki potensi yang tak terbatas dan kini menemukan panggung besarnya.
Sebagai salah satu destinasi pilihan untuk perlengkapan rumah tangga, MR.D.I.Y. Indonesia membuktikan komitmennya yang lebih dari sekadar bisnis. Inisiatif ini menegaskan pesan kuat: MR.D.I.Y. adalah bagian dari denyut nadi kreativitas bangsa. Dengan mengusung tema “Identity & Diversity”, ajang ini menjadi wadah bagi para seniman lokal untuk menyuarakan perspektif unik mereka tentang identitas dan keberagaman Indonesia. Sebuah langkah nyata untuk mendukung seni, budaya, dan talenta lokal agar dapat berkembang dan diakui lebih luas.
Proses untuk menentukan pilihan pun tidak main-main. Setiap karya dinilai berdasarkan empat kriteria utama: relevansi dengan tema, konsep dan narasi, kreativitas, serta aspek teknis dan visual. Penilaian ini dilakukan oleh para juri yang terdiri dari perupa R.E. Hartanto, Mitha Budhyarto, Abigail Hakim, dan Direktur Utama MR.D.I.Y. Indonesia, Edwin Cheah.
Pemenang MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025
Setelah proses kurasi yang ketat, keempat juri menentukan para pemenang yang karyanya dinilai paling kuat dalam menafsirkan tema. Berikut adalah para juara dari kategori Umum serta Pelajar & Mahasiswa.
Kategori Umum
- Grand Prize: M. Aidi Yupri (Magelang) dengan karya Rakit Rekat Nusantara. Karyanya secara visual menyatukan semangat kolektif budaya Nusantara melalui simbol perahu, hutan, dan buku. Sebagai perupa yang banyak terinspirasi dari alam, karyanya merefleksikan alam sebagai pustaka kehidupan.
- Judges’ Award: Andita Purnama dengan karya Babad Tanah Leluhur: Wasiat Bunga Kencana Wungu. Seniman multidisipliner lulusan ISI ini menciptakan instalasi artefak ingatan dari pita kaset, menggunakan simbol perempuan sebagai penanda sejarah dan identitas.
- President Director’s Award: Dona Prawita Arissuta dengan karya We’ve Not Just Been Extremely Fortunate. Lulusan ITB ini mengungkapkan rasa syukur atas keberagaman bangsa melalui metafora visual gunungan dan simbol-simbol kultural dalam karyanya.
Kategori Pelajar
- Grand Prize: Diandra Lamees (Institut Teknologi Bandung) dengan karya Upacara Imlek Versiku. Melalui medium keramik reflektif, Diandra menuangkan perjalanan personalnya dalam mengenal kembali identitasnya sebagai seorang Tionghoa Indonesia.
- Judges’ Award: Raden Muhammad Taufik Hidayat (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) dengan karya Penyambutan Semesta #2. Karyanya merepresentasikan quarter-life crisis sebagai sebuah ruang untuk jeda dan refleksi di tengah derasnya arus informasi.
- President Director’s Award: Prakadetto Alansa (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) dengan karya Momen Pemersatu. Seniman muda asal Gunungkidul ini menggunakan sepakbola dan kekayaan hayati Indonesia sebagai simbol kuat untuk identitas dan persatuan bangsa.
Lebih dari Sekadar Kompetisi: Pameran dan Peluang Regional
Komitmen MR.D.I.Y. tidak berhenti pada seremoni penghargaan. Untuk memberikan eksposur yang lebih luas kepada para seniman lokal ini, seluruh karya finalis dipamerkan dalam pameran seni yang digelar di butik flagship MR.D.I.Y. Lotte Mall, Jakarta, dari 6 hingga 17 Agustus 2025.
Pameran ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya, mengundang siapa saja untuk mengapresiasi langsung kekayaan interpretasi seni anak bangsa.
Lebih jauh lagi, para pemenang MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition akan mendapatkan kesempatan emas untuk berkompetisi di tingkat regional, berhadapan dengan para pemenang dari Malaysia dan Thailand. Ini adalah sebuah wadah serta kesempatan yang luar biasa untuk membawa enam nama pemenang tadi ke panggung internasional.
Sebuah Tonggak Penting yang Tak Boleh Diremehkan
Layaknya angin segar, kehadiran kompetisi berskala masif yang diinisiasi oleh sektor swasta pun demikian. Seperti yang diungkapkan oleh Tom Tandio, selaku pendiri IndoArtNow, inisiatif MR.D.I.Y. ini adalah “katalis penting bagi praktik seni yang lebih inklusif dan bermakna”. Ini bukan sekadar kompetisi, melainkan sebuah investasi pada masa depan ekosistem seni rupa Indonesia.
Bagi para seniman, ini adalah sebuah pengakuan. Bagi khalayak luas, ini adalah pengingat akan kekayaan budaya. Dan bagi kita semua, ini adalah bukti bahwa kolaborasi antara korporasi dan kreativitas dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.