Lukisan Mona Lisa. Apa yang terbayang di benak kamu ketika mendengar nama ini? Leonardo Da Vinci, senyum, smirk, Museum Louvre, dan lainnya. Berbagai kontroversi mengitari lukisan ini mulai dari kasus pencurian sampai pencarian siapa sebenarnya sosok yang dilukis.
Walaupun kamu bukan penggemar seni, kemungkinannya sangat besar kamu pernah mendengar tentang lukisan Mona Lisa. Namanya beberapa kali muncul dalam film seperti The Da Vinci Code dan Mona Lisa Smile. Juga diadaptasi jadi judul lagu mulai dari Nat King Cole, Lil Wayne, sampai Panic! At The Disco.
Apa yang membuat lukisan Mona Lisa begitu terkenal? Atau yang mungkin lebih menarik perhatian, apa yang membuat lukisan ini begitu mahal? Jika kamu bertanya, “Emang, harganya berapa?” Kami juga penasaran!
Pada 14 Desember 1962, lukisan Mona Lisa ditaksir nilainya untuk diasuransikan. Saat itu lukisan ini dihargai 100 juta dolar Amerika atau sekitar Rp.1,44 triliun. Dengan memperhitungkan inflasi, harga lukisan ini pada tahun 2019 mencapai 850 juta dolar Amerika atau sekitar Rp.12,24 triliun. Jadi, nggak heran kan kalau pengamanan lukisan yang berukuran 77 x 53 cm ini begitu ketat?
Mengapa Lukisan Mona Lisa Begitu Spesial?
Pada tahun 1517, Raja Francis I menawarkan Leonardo Da Vinci pekerjaan di Prancis. Leonardo yang serba bisa ditawari sebagai arsitek, pelukis, dan engineer pribadi raja. Saat hijrah ke Château of Clos Lucé di Amboise, Prancis, Leonardo hanya membawa satu lukisan. Lukisan apa itu? Yeap, you guessed it right, Mona Lisa.
Dalam arti lain, lukisan ini sangat penting bagi Leonardo yang saat itu sudah berusia 60-an tahun dan tidak pernah kembali lagi ke Italia.
Serial YouTube Great Art Explained menjelaskan tentang sejumlah hal yang membuat lukisan sosok Lisa Gherardini ini spesial.
Berikut beberapa di antaranya:
1. Cara Melukis
Mona Lisa dilukis di atas “kanvas” dari pohon poplar (cottonwood) yang dilapisi warna putih. Leonardo kemudian mengecat dengan glasir, yang dicampur dengan sedikit pigmen dan minyak. Jadi, seberapa gelap warna glasir, tergantung dari berapa banyak pigmennya.
Leonardo menggunakan teknik sapuan tipis-tipis yang diulang selapis demi selapis. Teknik ini memungkinkan Leonardo bermain dengan cahaya, bagian mana yang gelap dan terang pada lukisan. Tidak heran jika Mona Lisa memakan waktu bertahun-tahun untuk dilukis.
Selain itu, sapuan kuas pada area kulit dibuat dengan cara yang berbeda, sehingga tidak menunjukkan tekstur kuas. Kulit juga terlihat lebih nyata. Teknik-teknik ini dimulai pertama kali oleh Leonardo.
2. Pakaian Polos Mona Lisa
Pada masa itu, lukisan potret bangsawan akan menunjukkan status flamboyan mereka. Kekayaan mereka akan terlihat dari perhiasan yang digunakan. Dapat memanggil Leonardo Da Vinci untuk melukis, juga berarti Lisa Gherardini bukan orang biasa. Tapi ia tampil sangat sederhana, tanpa satu buah perhiasan pun.
Mengapa demikian? Leonardo memastikan kita semua, yang melihat lukisan ini, tidak terdistraksi dengan hal lain selain wajah Mona Lisa.
3. Komposisi
Komposisi Piramida yang umum ditemukan pada lukisan era Renaisans pada abad ke-15, digunakan pada Mona Lisa. Struktur ini mengarahkan fokus yang jelas ke tengah, yaitu pada wajah Mona Lisa.
Lukisan ini adalah lukisan potret Italia pertama yang menampilkan komposisi ¾ tubuh. Biasanya, lukisan potret pada zaman itu akan menampilkan pose seluruh tubuh. Mengapa? Karena Leonardo tidak ingin penikmat lukisan melihat hal lain, dan ia memenuhi kanvas dengan subjeknya.
Komposisi tubuh seperti Mona Lisa kemudian menjadi populer digunakan sampai 400 tahun setelah masa Leonardo Da Vinci.
Selain itu, potret aristokrat juga biasanya tegap dan mata sosok profil wanita tidak melihat ke depan. Berbeda dengan Mona Lisa yang duduk santai, tangannya bersandar pada lengan kursi, matanya menatap ke depan (seperti lukisan sosok pria pada masa itu).
4. Latar Belakang
Potret biasanya memiliki latar belakang monoton, langit, atau ruangan sederhana. Tapi pada Mona Lisa, latar belakangnya cukup rumit yang berasal dari imajinasi Leonardo. Latar ini juga digambarkan semakin kabur, jika semakin jauh dari subjek. Inilah perspektif aerial yang diciptakan Leonardo.
Horizon pemandangan pada Mona Lisa juga tidak sama pada bagian kiri dan kanan tubuh Mona Lisa. Otak kita akan mengirimkan sinyal bahwa garis horizon itu seharusnya sejajar. Seiring perubahan fokus kita dari latar ke sosok Mona Lisa, kita akan melihat ilusi seakan bahunya bergerak.
5. Teknik Melukis
Teknik Sfumato, teknik blending warna (yang juga diciptakan oleh Leonardo) memastikan tidak ada perubahan warna yang mendadak pada satu bidang. Gradasi warna menjadi sangat halus sehingga sapuan kuas tidak terlihat mata. Teknik ini bisa terlihat di area mata Mona Lisa.
Selain itu ada juga Teknik Chiaroscuro. Merupakan teknik kontras antara terang dan gelap untuk menciptakan ilusi tiga dimensional.
6. Mona Lisa Tersenyum Nggak Sih?
So when you smile like Mona Lisa, my heart falls to pieces (you sing you lose). Sebelum, pada saat, atau setelah era Renaisans, seniman tidak pernah melukis subjeknya tersenyum. Mengapa? Karena akan sulit buat terus tersenyum saat sang seniman melukis selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Ketika akan menyempurnakan senyum Mona Lisa, Leonardo menghabiskan banyak waktu mengamati mayat. Ia meneliti setiap saraf dan menjadi kagum bagaimana wajah membentuk senyuman.
Senyum Mona Lisa yang datang dan pergi ini adalah hasil dari sistem penglihatan manusia, bukan karena senyumnya ambigu.
Jika melihat mata Mona Lisa, kita akan melihatnya tersenyum. Hal ini karena pandangan kita pada area mulut akan kurang akurat. Selain itu, mata kita juga menangkap bayangan cahaya dari area tulang pipinya.
Tapi ketika kita melihat langsung pada area mulut Mona Lisa, pandangan kita tidak menangkap bayangan tadi. Dan kita akan melihat bahwa dia tidak tersenyum. Jadi melihat Mona Lisa tersenyum atau tidak itu bukan tergantung pada perasaan, tapi pada sistem penglihatan.
Leonardo Da Vinci mengerti ini 500 tahun yang lalu!!!
Dari sejumlah alasan di atas, kita pun mengerti bahwa lukisan yang terlihat begitu sederhana, dapat berinteraksi dengan penikmatnya.
Berdiri di depan Mona Lisa, kamu tidak hanya melihat sebuah potret biasa. Kamu melihat kecerdasan akumulatif dari seorang seniman yang sangat jenius. Inilah yang menjadikan lukisan Mona Lisa begitu misterius, terkenal, dan tentu saja sangat tinggi nilainya.
BRB, kami mau menuliskan Museum Louvre, Paris dalam bucket list kami.