Typography is what language looks like.
Ellen Lupton,” Thinking with Type”
Pertama, tipografi adalah seni tulis. Tipografi atau typography ada di mana-mana. Setiap tulisan yang kamu baca, itu merupakan hasil dari tipografi. Ada dalam handphone, buku, situs online, hingga gedung-gedung.
Tanpa kamu sadari, segala sesuatu dikelilingi oleh tipografi. Memberikan kenyamanan kepada pembacanya adalah gunanya.
Dalam seni dan desain, tipografi ini sering banget “masuk” di dalam desain grafis dan desain komuniasi visual.
Sejarah & Guna Tipografi
Tipografi adalah seni menempatkan abjad dalam sebuah teks atau desain. Sehingga pesan dalam teks atau desain tadi tersampaikan dengan cepat. Secara visual pun menarik dan legible.
Sebelum dunia bergerak dalam ke-digital-an-nya ini, tipografi itu terasosiasikan dengan buku, majalah, poster, billboard, dan lainnya. Kalau kamu banyak waktu luang, coba riset Gutenberg Bible. Itu adalah salah satu contoh pertama tipografi di Barat.
Sekilas info, teks yang digunakan dalam Gutenberg Bible bernama Textura. Kamu bisa baca secara online dari The Morgan Gutenberg Bible. Perhatikan ornamen di halaman raksasanya. Dan juga penggunaan drop caps pada awal alenia.
Mungkin sejauh ini kamu hanya menghubungkan tipografi dengan huruf. Tidak salah, kok. Hanya saja, tipografi lebih dari itu. Tidak hanya penataan. Tipografi juga mencakup bagaimana desainer di baliknya menggunakan ruang yang tersedia.
Bayangkan, tipografi yang awalnya ditempatkan di medium besar, kini mengecil hingga ribuan persen ke layar smartphone, televisi, komputer, tablet, dan laptop kamu.
Tipografi yang bagus adalah …
Lebih dari sekadar kata-kata indah dan memilih font sempurna. Tipografi adalah elemen penting dari sebuah desain. Online maupun offline.
Ada beberapa faktor yang menentukan tipografi yang bagus.
- Menunjukkan hirarki yang jelas
- Menjadi elemen penyeimbang suatu desain
- Menjadi guide pada mata
- Menyampaikan informasi/pesan yang jelas
Manfaat dari good tipografi
- Akan diingat luar kepala.
- Gunakan secara baik dan konsisten, tipografi bisa menjadi brand identity.
- Tipografi bisa menentukan apakah audiens kamu akan stay atau meninggalkan website kamu.
Font vs. Typeface
Kata ‘font’, sudah pasti umum. Tapi sesekali pasti kamu pernah melihat atau mendengar kata typeface. Dalam bahasa Indonesia, typeface dikenal dengan istilah rupa huruf. Ingat, keduanya ini serupa tapi tak sama.
Dikutip dari Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia, font adalah kumpulan lengkap dari huruf, angka, simbol, dan karakter. Yang dilihat dari font kumpulan formatnya, seperti Light, Oblique, Regular, Italic, Bold, Extra Bold, dan seterusnya.
Sedangkan typeface adalah sebuah entitas. Di sini tergabung karakteristik, bentuk, dan nilai unik.
Perlu kamu ingat adalah tidak semua typeface bisa disebut font. Karena ada typeface yang hanya dirancang untuk keperluan logo. Begitu juga sebaliknya. Tidak semua font bisa disebut sebagai typeface. Karena ada font dengan jenis dingbat.
Simpelnya, typeface adalah font yang masih berhubungan dengan jenis tersebut. Dan font mengarah ke weights, widths, style dari spesifik typeface.
Kategori Dasar Tipografi
Pada dasarnya, ada empat jenis typeface: Serif, Sans-Serif, Script, dan Decorative.
Kita bagi satu per satu, ya. Di mana letak perbedaan di antara huruf? Ada pada era terciptanya hingga cara terbentuknya. Klasifikasi ini tidak ada yang bersifat absolut.
Serif
Dikaitkan dengan tipografi klasik. Paling sering jadi go-to type. Contoh serif yang paling banyak kamu lihat mungkin ada di koran dan novel.
Sangat mudah untuk mengidentifikasi suatu serif font. Mereka memiliki ciri berbentuk garis tambahan atau disebut stroke di bagian ujung abjad.
Belum selesai, serif ini memiliki banyak sub-jenisnya juga. Seperti Old Style, Transitional, Neoclassical & Didone, Slab. Written akan mendedikasikan penjelasan lebih dalam soal ini.
Nah, contoh yang paling umum adalah Times New Roman, Garamond, Didot, Bodoni, dan masih banyak lagi.
Courtesy of Ellen Lupton
Sans-Serif
Dalam bahasa Prancis, ‘sans’ berarti ‘tanpa’. Jadi, sans-serif adalah tanpa serif.
Sans-serif memiliki bentuk minimalis, dan tidak neko-neko. Tingkat keterbacaannya juga sangat cepat. Tipografi dalam kategori ini memiliki clean vibe dan modern. Tanpa mengurangi nilai pesan yang terkandung di dalamnya. Siapa lagi kalau bukan Helvetica yang paling dikenal dari kategori ini.
Kalau kamu seorang desainer, pasti itu sudah biasa. Mungkin kamu familier dengan Klint, Lato, Open Sans, Futura, Calibri, Frutiger. Tidak akan ada habisnya. Comic Sans MS juga masuk dalam kategori ini, lho.
Sama seperti serif, sans-serif juga memiliki jenisnya.
That’s for another time.
Script
Kalau kamu sering download font, atau melihat komputer kamu memiliki font apa saja, pasti pernah meilhat kategori ini. Cukup self-explanatory, script meniru tulisan tangan.
Biasanya, script digunakan untuk undangan perkawinan dan pengajian. Yang bisa dijadikan contoh lagi adalah surat proklamasi yang ditulis tangan oleh Presiden Soekarno.
Decorative
Seperti namanya, rangakaian ini memiliki banyak ornamen. Jenis ini digunakan untuk poster dalam ukuran raksasa. Atau dalam layar raksasa.
Biasanya, alasan terciptanya suatu font dari kategori ini cukup spesifik. Seperti font Disney, Harry Potter, dan seterusnya. Get the picture?
Bonus: Formulanya!
Ada rumus yang dianut banyak desainer sedari lama. Yakni hanya menggunakan dua font dalam pekerjaan. Tiga maksimum, tapi dua selalu lebih baik. Ini berlaku dalam sebuah poster, layout, motion. Apa pun itu.
Kemudian, apabila kamu merasa sudah selesai, save dan abaikan untuk satu hari. Come back the next day. Kemudian tanyakan hal ini saat melihatnya lagi:
- Sudah mudah dibaca?
- Font sudah cocok dengan brand?
- Pesannya tersampaikan?