Secara berulang, Sejauh Mata Memandang (SMM) selalu mengikutsertakan instalasi impresif di setiap acara peluncuran koleksi barunya. Formula ini juga ia aplikasikan di hari-hari tertentu, seperti Hari Laut Sedunia dan Hari Bumi. Bukan hanya jenama tekstil lokal yang bangga akan keunikan Indonesia, Chitra Subyakto, selaku pendiri sekaligus Direktur Kreatif SMM, juga merupakan pelopor instalasi megah berkonsep.
Kenapa Chitra Subyakto Konsisten Hadirkan Instalasi Megah?
Desainer di balik SMM ini menanamkan filosofi bahwa perubahan lingkungan butuh narasi yang mengena dan mudah diterima masyarakat. Isu-isu lingkungan dan alam ini akan lebih mudah “kena” apabila dikomunikasikan secara menarik. Salah satunya adalah dengan instalasi terbuka dan gratis. Sering kali, ini Chitra pasangkan dengan peluncurkan koleksi atau peringatan hari penting. Tujuannya adalah membuat pesan tentang bumi, sampah, polusi dan hutan tak terasa menggurui, namun justru bersifat mengajak serta memberi harapan melalui aksi bersama.
Seperti aksi yang berhasil jika dilakukan secara gotong-royong, Chitra pun demikian. Ia mengajak berbagai pihak kreatif untuk terlibat di instalasi dan koleksinya. Seperti Felix Tjahyadi yang sering menjadi sosok di balik instalasi unik dan megah, Davy Linggar untuk dokumentasi hingga fashion film, sahabat desainer lainnya seperti Eko Nugroho dan Adrian Gan yang instalasinya tengah berlangsung di Plaza Indonesia, sosok-sosok yang mempunyai panggung besar seperti Dian Sastro dan Nicholas Saputra. Ada juga Sahabat Sejauh yang berkecimpung di dunia publikasi seperti Michael Pondaag sebagai Fashion Director di majalah Harper’s Bazaar Indonesia, kemunculan SMM sebagai Dewi Fashion Knights, sampai ke Genexyz yang menciptakan Metahuman di pamerannya.
Sampai yang terbaru adalah musisi, Tulus. Selain memang menjadi Sahabat Sejauh, Tulus juga sering menyuarakan keperduliannya terhadap lingkungan. Dan baru-baru ini, keduanya meluncurkan koleksi kolaborasi dari sketsa tangan Tulus ke atas kain katun dan Tencel™️.
Sebagai jenama lokal yang tidak pernah menyerah dalam menjadi pengingat masyarakat soal Bumi, SMM kerap bekerjasama dengan pihak NGO dan komunitas. Seperti Greenpeace Indonesia, TACO, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Rekosistem, hingga Rebricks.
Dari Limbah Jadi Ramah
Limbah fashion adalah salah satu isu terbesar saat ini. Bahkan dari data-data yang tersedia, sudah jelas informasi tersebut menuntut perubahan. Lewat instalasi yang kerap dibangun oleh Sejauh Mata Memandang, Chitra tidak hanya menampilkan keindahan kain Nusantara namun juga mengajak publik berkenalan serta memahami makna sirkulitas.
Bagaimana limbah tekstil, plastik, dan sampah sehari-hari dapat diolah menjadi kreasi bermakna, seperti instalasi mereka. Berikut beberapa instalasi Sejauh Mata Memandang yang menjadi favorit tim Written.
Laut Kita, 2019
Bertepatan dengan Hari Bumi, pameran yang diadakan di Plaza Indonesia ini layaknya sebuah pengingat agar masyarakat berterima kasih pada Bumi. Setiap langkah kamu di dalam akan diisi dengan proses bagaimana penggunaan plastik yang berlebihan memiliki dampak yang luar biasa buruk untuk semesta.
Pameran ini dibagi menjadi enam area yang menggunakan bambu sebagai materi utamanya, dan botol plastik bekas sebagai ornamen pemanis yang digantung di langit-langit.
Ada Keindahan Alam Indonesia, Polusi Plastik, Instalasi Bawah Laut, Ruang Ajakan, Ruang Solusi, dan Ruang Janji. Waktu yang dibutuhkan untuk melewati keenam ruangan kira-kira adalah 20 menit.
Laut Kita Masa Depan Kita, 2020
Sebenarnya dari November 2019, berakhir di Februari 2020. Instalasi ini diumumkan bertepatan dengan Hari Anak Nasional, sekaligus meluncurkan koleksi Musim Rintik 19/20 berjudul Daur. Pameran di Senayan City ini terdiri dari Ruang Rumah Nelayan, Ruang Cerita Tentang Plastik, Ruang Kreasi, dan Ruang Davy Linggar.
Di sini, SMM bekerjasama dengan Felix selaku konseptor pameran (yang ini dan instalasi lain SMM), dan juga Divers Clean Action. Isu perubahan iklim dan kerusakan alam yang kian semakin marak di dunia. Kenapa bertepatan dengan Hari Anak Nasional, karena pameran ini mengadopsi konsep interaktif agar dapat dimengerti dan dinikmati dari kalangan anak-anak juga. Pesan dari pameran ini adalah agar tidak pernah putus asa melestarikan laut kita bersama-sama.
Teach them young, right?
Bumi, Masa Depan Kita, 2024
Pameran ini bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Berlokasi di Grand Indonesia, tepatnya Rama Atrium. Masih sama, instalasi ini bersifat sebagai pengingat kondisi planet Bumi saat ini. “Bumi kita itu sedang tidak baik-baik saja,” ucap Chitra berulang kali saat press conference.
Uniknya, instalasi SMM kali ini juga bertepatan dengan perayaan ulang tahun kota Jakarta. Sehingga elemen dekoratif di pameran ini dibuat menyerupai budaya Betawi, seperti ornamen hiasan kembang kelape. Terlihat juga bulatan sebagai centerpiece yang terbuat dari artisan tekstil yang menyerupai Bumi.
Di sini, SMM bekerjasama dengan Genexyz untuk menghadirkan Metahuman™️. Diberi nama LavCaca, manusia pixel ini menyampaikan pesan untuk publik agar memahami hubungan konsumsi sehari-hari.
Kisah Punah Kita, 2022
Berbeda dengan tiga pameran di atas, Kisah Punah Kita merupakan debut SMM di ArtJog. Berlokasi di Jogja Nasional Museum, benang merah pameran SMM di acara seni terbesar di Indonesia pun masih sama, tentang rumah kita (Bumi) yang sedang tidak baik-baik saja.
Harapan mereka muncul di ArtJog adalah menyebarkan pesan ke kalangan lebih luas lagi. Mengajak setiap orang menjadi solusi dari isu ini, bukan polusi. Tema ini juga selaras dengan tema ArtJog tahun 2022, yakni Expanding Awareness.
Kedai Kita, 2023
Krisis iklim dan krisis pangan jadi isu di pameran ini. Di pameran yang berlangsung di Plaza Indonesia ini SMM berkolaborasi dengan Greenpeace Indonesia. Bukan memperingati hari yang berhubungan dengan lingkungan, pameran ini justru dibuat sejalan dengan konferensi iklim tahunan global COP 28 di Dubai.
Berani menyuarakan suara publik, pameran ini juga dilengkapi dengan acara “Berhenti Basa Basi Buat Bumi”. Karena aksi yang ditempuh oleh pemerintah dianggap (dan terbukti) belum efektif dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dan mengonrol kenaikan suhu global. Sehingga mengutarakn kesan hanya basa-basi buat Bumi. Layaknya sebuah formalitas.
Ada tiga area utama di Kedai Kita. Ada Kopi Tinggal Kenangan, Warung Nasib Kita di Masa Depan (WarNas), dan Warung Sejauh Mata Memandang. Seperti biasa, materi yang digunakan di pameran ini terdiri dari panel kayu bangunan dari kegiatan SMM, kain perca dari sisa produksi SMM yang didaur ulang. Kira-kira 90% dari pameran ini menggunakan bahan daur ulang.
Pasar Kita, 2025
Dan yang sedang berlangsung adalah Pasar Kita di Grand Indonesia. Tema besar pameran ini adalah gotong-royong. Itu dicerminkan lewat kolaborasi SMM dengan Tulus untuk koleksi barunya, dan beberapa artisan lokal di Indonesia.
Sebagai Sahabat Sejauh, Tulus memiliki keunikan sendiri lewat lirik lagu yang dalam dan gambaran unik (tapi nyata) tentang dinamika kehidupan. Selain kolaborasi perdana Sejauh Mata Memandang x Tulus, Pasar Kita juga menyelipkan tema Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan menghadirkan instalasi menyerupai permainan panjat pinang, gerobakan, dan warung.
Pameran yang berlangsung hingga tanggal 31 Agustus ini mengadopsi pendekatan sirkular, yang berarti menggunakan hasil daur ulang (reuse) dan daur naik (upcycle).