Melihat Lebih Dekat Konsep dan Desain Eugene Museum di Bali

Aragea Hidayat

Seniman kontemporer Jepang, Eugene Kangawa akan mendirikan Eugene Museum di Nuanu, Tabanan, Bali pada tahun 2026. Museum ini rencananya akan dibangun di kawasan Nuanu City yang berjarak sekitar sepuluh menit dari Pura Tanah Lot. Proses perancangan arsitektur museum tersebut juga akan dipimpin oleh arsitek asal Indonesia, Andra Matin, yang akan menambah keunikan proyek ini.

Dalam sebuah video yang dirilis oleh akun Youtube Eugene Museum, Andra Matin menjelaskan konsep yang akan dia gunakan untuk membangun museum tersebut. Arsitek yang merancang Bandara Blimbingsari (2010), Potato Head (2010), dan Masjid Tubaba (2017) ini menjelaskan bahwa ia akan mengintegrasikan konsep tradisi, budaya, dan lingkungan Bali dengan karya seni Eugene.

“Eugene Museum di Bali memiliki fokus utama untuk menangkap tradisi, budaya, dan jiwa Bali, lalu mengintegrasikannya secara organik dengan karya seni Eugene. Pendekatan arsitektur yang saya gunakan sangat menghormati alam, dan saya merasakan ketertarikan mendalam terhadap karya-karya Eugene. Proyek ini dengan teliti menggabungkan seni, perilaku manusia, dan alam, menciptakan kesatuan elemen-elemen yang sangat penting dalam kosmologi,” ujar Andra.

Museum ini rencananya akan berdiri di atas lahan lebih dari 1 hektar dan mencakup area seluas 5.000 meter persegi yang terdiri dari lebih dari 15 ruang galeri, kafe, perpustakaan, dan ruang baca. Selain berfungsi sebagai tempat pameran, Eugene Museum juga bertujuan menjadi pusat pendidikan, penelitian, dan keterlibatan komunitas, dengan fokus pada partisipasi sosial yang aktif.

“Di Bali, terdapat sistem hunian tradisional yang dikenal sebagai sistem Natah, yang menciptakan ruang bersama untuk bersantai dan membangun komunitas. Dalam proyek ini, ruang bersama akan menjadi kolaborasi antara arsitektur, alam, karya seni Eugene, dan pengunjung. Berdasarkan sistem tersebut, kami akan memaksimalkan penggunaan material dan teknik lokal,” tambah Andra.

Arsitektur dan lanskap dari museum ini dirancang tanpa merusak pohon-pohon yang ada, sehingga menjaga kelestarian lingkungan di lokasi. Di sekitar museum, terdapat pula sebuah sekolah internasional yang juga menyelenggarakan berbagai program publik. Jika sudah selesai dibangun, museum ini akan menampilkan sekitar 15 instalasi permanen dari Eugene Kangawa, termasuk karya ikonik seperti Sea Garden, Goldrain, dan Everything Shines.

Rancangan Desain Arsitektur Eugene Museum di Bali, Dok. Andra Martin

Eugene Kangawa sendiri adalah seorang seniman yang lahir di Amerika Serikat pada tahun 1989. Ia terkenal dengan pendekatannya yang inovatif dalam lukisan, instalasi berskala besar, dan proyek-proyek yang mendukung inisiatif anak-anak dan sosial. Perjalanan karirnya dituliskan dalam buku karya Daisuke Miyatsu pada tahun 2017, di mana ia diakui sebagai salah satu dari empat seniman Jepang terkemuka. Eugene dikenal luas berkat pameran tunggalnya di Museum Seni Kontemporer Tokyo, salah satu museum seni kontemporer paling prestisius di Jepang, di mana ia mencetak rekor sebagai seniman termuda yang menggelar pameran tunggal di sana.

Seniman Eugene Kangawa, Dok. Art Jakarta

Eugene Museum direncanakan untuk mempertahankan pengaruh globalnya, didukung oleh berbagai komunitas dan kolektor dari Indonesia dan luar negeri yang melihatnya sebagai seniman generasi baru Asia. Bali dipilih sebagai lokasi museum karena dianggap sebagai wilayah inklusif di Asia yang dapat mengatasi batas-batas kewarganegaraan.

“Saya sangat berterima kasih atas kesempatan luar biasa untuk membangun museum permanen di kaki situs Warisan Dunia UNESCO di Bali. Sungguh menyenangkan bisa mengunjungi Indonesia dan terhubung dengan teman-teman di sana. Inisiatif lintas batas seperti ini hanya mungkin terwujud jika ada dukungan dan dorongan dari banyak komunitas dan individu. Saya berharap tempat ini akan menjadi tujuan penting bagi semua orang yang terlibat,” ujar Eugene melalui rilis yang diterima tim Written.id.

Selain akan membangun museum, Eugene juga diundang untuk berpartisipasi dalam Art Jakarta. Dalam seleksi khusus “SPOT,” Eugene akan memamerkan karya-karya dari seri White Painting. Seri White Painting dimulai pada tahun 2017 dan menampilkan kanvas yang diberi judul berdasarkan nama-nama individu yang pernah menciumnya. Seri ini terbagi menjadi dua versi: satu versi dipamerkan di ruang publik di berbagai negara, seperti AS, Meksiko, dan Italia, sementara versi lainnya berfokus pada keluarga tertentu.

Seri White Painting oleh Eugene Kangawa, Dok. Instagram/@eugene_studio_official

Baca juga artikel lain https://written.id/desain/nuanu-wilayah-kreatif-visioner-baru-di-pulau-dewata/

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya
1001 nights
4 October 2024
Pilihan Editor