Noema Resort Pererenan – A Vibrant Sanctuary

Stella Mailoa

Mereren dalam Bahasa Bali berarti berhenti sejenak. Sebuah filosofi yang diwujudkan ke dalam sebuah peraduan bernama Noema Resort Pererenan. Saat ini area Pererenan belum seramai tetangganya, Canggu. Sehingga kehadiran Noema Resort menjadi tepat waktu.

Mulai dibuka sejak bulan April dan diresmikan pada akhir Agustus 2025, Noema Resort menawarkan sebuah sanctuary yang hangat dan homey. Meninggalkan kesan mendalam bagi siapapun yang menginap di sini. Saat pertama kali tiba di area Noema, kamu akan disambut oleh arsitektur archway (struktur dinding yang melengkung pada bagian atas) menuju lobi hotel yang lokasinya lebih rendah dari jalan.

lobi Noema Resort Pererenan

Archway ini membentuk jalan masuk seraya meninggalkan keramaian menuju ruang Noema. Suasana lobi yang terlihat kasual dan chill memberi kesan pertama, bahwa kamu telah memilih tempat yang tepat untuk beristirahat dan melepas penat setelah beraktivitas di Pulau Dewata. Hanya beberapa langkah dari lobi kamu akan disambut dengan sunken seating area yang menyerupai ruang tamu.

Dari lobi, kamu dengan mudah dapat mengakses Restoran Mamaloma, salah satu dari dua restoran di Noema. Restoran ini bertetangga langsung dengan kolam renang utama. Mamaloma menjadi tempat yang tepat untuk bersantai sambil menikmati embusan angin Pererenan dan pemandangan hijau di area belakang hotel.

Restoran Mamaloma Noema Resort Pererenan
Restoran Mamaloma

Dalam perjalanan menuju kamar, kamu akan melewati sejumlah daya tarik Noema Resort. Tidak jauh dari lobi terdapat sebuah galeri. Keberadaan galeri ini tidak sebagai sekadar pelengkap semata karena nyatanya seni menjadi salah satu pilar penting di Noema. Beberapa karya seni yang tersebar di Noema adalah:

Kayu Bulan oleh Iwan Yusuf – Instalasi setinggi 12 meter di sebelah galeri

Instalasi berbentuk kapal ini dapat dinikmati dari tiga lantai yang berbeda. Iwan terisnpirasi dari warisan maritim Gorontalo, tanah kelahirannya. Kapal ini juga merepresentasikan sebuah mimpi, gerakan, memori, dan keterampilan. Kayu Bulan menawarkan detail dan siluet yang berbeda-beda ketika dinikmati dari lantai yang berbeda.

Iwan Yusuf

Hoola Play oleh SIURA Studio – Sebuah playground untuk anak dan dewasa

Berhadapan dengan Kayu Bulan, terdapat instalasi berupa playground karya SIURA Studio yang juga membentang setinggi tiga lantai. Ketika melihat playground ini, kami pun langsung bermain dan mengeksplorasi kegiatan apa saya yang bisa dilakukan. Dari memanjat, merangkak, meluncur, semuanya kami coba. Dengan material utama berupa tambang, kreasi ini mempertemukan batasan antara permainan, struktur, dan sculpture. Sebuah karya interaktif yang menyenangkan!

Naik-Naik oleh Kanoko Takaya – Di sebelah palyground lantai 2

Permainan tidak berhenti sampai di Hoola Play. Kali ini ada sebuah karya seni berupa tembok panjat yang fungsional. Meskipun terlihat menggemaskan karena bentuk dan warnanya, karya ini tetap membutuhkan bantuan profesional saat akan dipanjat. Setiap lekukan dan teksturnya merupakan undangan untuk bergerak dengan penuh perhatian. Mengubah kegiatan penuh adrenalin menjadi momen refleksi.

Wind of Change oleh Sekar Puti – Instalasi keramik di pool bar

Sebuah karya seni yang mungkin tidak terlalu terlihat dibanding ketiga karya yang sudah dibahas di atas, tapi begitu terlihat, kamu akan terpukau olehnya. Mengisi dinding pool bar yang berbatasan langsung dengan kolam renang terdapat keramik karya seniman Sekar Puti. Saat menemui Puti di studionya, Ruang Arta Derau di area Tabanan, Bali, ia menjelaskan singkat tentang proses pembuatan karya ini.

“Karya ini ingin menangkap tentang esensi collecting feelings when you’re traveling. Sketsa karyanya pun terus berkembang, seperti saat tersesat dalam perjalanan tapi justru menemukan pengalaman baru,” jelasnya.

Di bagian tengah karyanya terdapat merry-go-round yang menampilkan beragam sosok. Ada sosok mistis seperti duyung, ada juga sosok perempuan yang hampir selalu ada di Puti. Ada buku-buku yang tertiup angin, seperti memperlihatkan apa yang ada di dalamnya.

Pesan utamanya sebenarnya adalah “Kita harus menjadi orang yang ulet dan gigih dalam menghadapi perubahan. Disappear to be found. Terkadang kita harus mengosongkan diri agar dapat menemukan diri kembali.”

Fasilitas Noema Resort Pererenan

Selain karya-karya seni yang memukau, mengajak untuk merenung, atau bahkan mengundang untuk dijelajahi, Noema juga menawarkan fasilitas yang tidak boleh dilewatkan saat menginap di sana. Jika kamu mengawali hari dengan sarapan di Mamaloma, maka malamnya kamu wajib untuk wind down di Paparempa.

Ya, bahkan nama restorannya pun memiliki unsur playful. Paparempa yang terletak di paling depan dan langsung dapat diakses dari Jalan Raya Pererenan, sekaligus berfungsi menjadi landmark yang menandai lokasi Noema. Dari depan arsitekturnya terlihat membentuk lingkaran dengan dominasi warna-warna earth tone seperti cokelat, terracotta, dan hijau dari pepohonan. Satu kata yang langsung teringat: tropis.

paparempa

Paparempa yang didesain oleh Domisilium Studio, mencerminkan Indonesia tidak hanya dari menu yang disajikan, tapi dari elemen-elemen interiornya. Dari penggunaan material lokal hingga aplikasi corak dan tekstur yang terinspirasi dari tenun. Salah satunya adalah koleksi kursi makan dan bar stool yang dirancang menggunakan fabric khusus untuk tampil sepadan dengan ragam budaya di Bali.

paparempa

Di lantai paling atas Noema terdapat Oori Concept Spa. Nama ini diambil dari Bahasa Korea yang berarti kita atau bersama. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas, spa ini menggabungkan unsur desain dengan pemandangan untuk menciptakan sebuah nuansa yang tetap tenang, meski areanya semi terbuka. Oori juga merupakan spa Korean scrub mewah pertama di Bali, yang terinspirasi oleh tradisi kuno pemandian Korea.

Setelah kegiatan panjang menikmati seluruh fasilitas yang ditawarkan Noema, tiba saatnya untuk beristirahat di salah satu dari 156 kamar yang ada di resort ini. Rona desain yang terlihat di seluruh resort juga diteruskan ke dalam desain kamarnya yang merefleksikan keindahan alam Bali. Selain area balkon, amenities lokal, dan karya seni yang dikurasi, terdapat cocktail yang diracik khusus menanti sebagai welcome drink di dalam kamar. Dan jika kamar kamu berada di lantai bawah, maka teras kamar kamu langsung tersambung dengan sebuah lagoon pool.

Mereren Fest oleh Noema Resort

Merayakan grand opening-nya, Noema menggelar Mereren Fest pada 22-24 Agustus 2025. Selebrasi akhir pekan yang berlangsung selama tiga hari ini diawali dengan festival layang-layang di Pantai Pererenan. Salah satu layang-layang yang diterbangkan adalah karya maestro Kadek Armika asal Sanur.

Layang-layang Karya Kadek Armika

Selain itu terdapat juga parade dan lomba layangan dari Desa Pererenan dan Museum Layang-Layang Indonesia. Tema Layangan diteruskan ke dalam galeri yang memamerkan karya fotografer asal Jerman Wolfgang Beick. Pameran bertajuk “From Above” ini menampilkan puluhan karya foto Wolfgang yang mendokumentasikan proses pembuatan maupun penerbangan layang-layang, jauh sebelum teknologi drone digunakan untuk fotografi.

Sebuah perayaan tentunya tidak akan lengkap tanpa pertunjukan. Live at Menika, digelar di area rooftop Noema, menampilkan performans oleh Ali, Batavia Collective, Bottlesmoker, Kataraga by Putu Widatama, dan Paradise Under the Sun. Tak ketinggalan di area pantai terdapat penampilan musik dari Munir dan musisi reggae Joni Agung & Double T.

Pada malam terakhir, sebuah makan malam bertajuk Dine Under the Kite dipersembahkan untuk para tamu undangan. Tidak, makan malam ini tidak diselenggarakan di pantai di bawah parade layangan, melainkan digelar di area lobi Noema yang disulap menjadi ruang makan. Di langit-langit terdapat layangan karya Kadek Armika yang kini sudah berfungsi menjadi chandelier nan indah.

Ketika berlibur ke Bali kali berikut, jangan lupa untuk berhenti sejenak di Noema Resort Pererenan sebelum melanjutkan eksplorasi area Pulau Dewata lainnya dalam petualangan kamu.

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya