Desain Interior: Apa Itu dan Untuk Apa

10 June 2020

Sarah Hutapea

Sepertinya, kata “Desain Interior” termasuk salah satu istilah desain yang familiar sekali bagi kita. Enggak sedikit dari kita yang sudah lazim dengan frasa desain ini lantaran melihat papan reklame atau plang toko yang menawarkan jasa desain interior atau… kitchen set. Ya, kan?

Bahkan saking lumrahnya istilah ini di keseharian kita, penggunaannya pun kerap kali keliru untuk beberapa hal. Seakan istilah Desain Interior sepadan dengan perkara menata bunga, balon untuk acara ulang tahun, atau bahkan memilih lampu taman.

Supaya ngga salah kaprah lagi, sebetulnya apa, sih, yang dimaksud dengan Desain Interior itu? Apa yang membuatnya istimewa? Apa saja hal-hal yang menjadi cakupannya?

Pengertian Desain Interior

Sebelum kita lanjut lebih jauh, pertama-tama, kita sepakati dulu, ya, Desain Interior =/= Kitchen Set. Jadi, setelah baca artikel ini, semoga ngga ada lagi yang bilang, “Desain interior itu yang bikin kitchen set, ya?”.

Baik, lantas apa, sih, Desain Interior? Kenapa sering sekali dikaitkan dengan jasa pembuatan kitchen set, sofa, dan aneka tirai.

pengertian desain interior
Foto: Shutterstock.com

Hal di atas tadi hanya sedikit dari banyak contoh yang menggambarkan betapa bingungnya masyarakat mengenai profesi desainer interior. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh seorang arsitek, apalagi desainer interior.

Banyak yang tahu bahwa apabila menginginkan suatu bangunan yang aman akan meminta jasa insinyur, dan jika ingin bangunannya terlihat bagus akan akan meminta jasa arsitek. Persepsi yang keliru ini akan menjadi kenyataan manakala masyarakat tidak mendapatkan informasi yang benar. Ini baru antara desain interior dan arsitektur. Belum lagi, persepsi tentang desain interior dan dekorasi interior.

Sebetulnya, singkat kata, desain interior adalah sebuah disiplin ilmu cabang seni rupa yang merancang solusi melalui tata ruang di dalam bangunan secara estetis sehingga kualitas hidup para pengguna ruang tersebut menjadi lebih baik.

Pengertian diatas diperkuat oleh pernyataan Suptandar (1995: 11) bahwa desain interior adalah ilmu atau cara pengaturan ruangan, sehingga memenuhi persyaratan untuk memperoleh kenyamanan, kepuasan kebutuhan fisik dan spiritual serta keamanan bagi pemakainya tanpa mengabaikan faktor estetika.

Desain interior terdiri dari dua suku kata, yaitu “desain” dan “interior”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ‘desain’ berarti kerangka bentuk; rancangan. Dengan demikian, desain adalah kegiatan merancang suatu rancangan.

Desain adalah kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu “design”. Pengertian design sendiri dalam Kamus Oxford adalah Rencana atau gambar yang dibuat untuk memperlihatkan tampilan dan fungsi dari bangunan, pakaian, atau objek lainnya sebelum benar-benar dibuat.

Dapat disimpulkan desain adalah kegiatan untuk merancang sesuatu sebelum benar-benar dibuat, agar nantinya sesuatu yang telah dirancang itu berfungsi dengan baik dan berpenampilan menarik.

Sejarah Desain Interior

Sama seperti seni rupa, sejarah desain juga sangat bergantung pada peninggalan-peninggalan artefak yang berhubungan dengan desain interior. Dari artefak-artefak yang ditemukan terlihat bahwa setiap kebudayaan memiliki pola perkembangan desain interior yang berbeda.

Setiap peradaban mengembangkan seni arsitektur, gaya furnitur dan aksesori ruang berdasarkan ketersediaan bahan di wilayah geografis masing-masing atau didapatkan dari perdagangan dan tersedianya tenaga kerja yang murah. 

Mesir, Yunani, dan Romawi telah mencapai peradaban yang tinggi pada era kuno (ancient era), merupakan peradaban yang ditandai dengan adanya kelompok elit, banyaknya sumber daya manusia yang murah serta memiliki tradisi religius yang mendorong timbulnya keterampilan artistik dan keinginan untuk mendapatkan keabadian/immortality melalui bangunan-bangunan dan harta bendanya.

sejarah desain interior
Kolom-kolom bangunan di museum arkeologi Stoa of Attalos di Yunani
Foto: Shutterstock.com

Selain Mesir, Yunani, dan Romawi, perkembangan utama dalam sejarah desain interior dapat dilihat pada zaman Renaissance Italia, yang seluruh kegiatan seni mencapai puncak kejayaan didukung oleh kaum bangsawan dan orang kaya mendukung perkembangan seni dengan kekayaannya. Di Italia pada saat itu terdapat dua kelas sosial, yakni kelas bangsawan yang kaya dan dan petani yang miskin.

Kaum petani tidak terpengaruh oleh perkembangan desain, karena desain baru yang indah dan mewah hanya diperuntukkan bagi orang kaya saja. Hingga zaman itu, segala sesuatu yang indah tetap hanya bisa dimiliki kaum bangsawan, jauh di luar jangkauan rakyat kebanyakan. Abad ke-17 dan ke-18 merupakan periode desain interior di Italia dan Prancis.

sejarah desain italia
Interior Villa Farnesina, museum seni di Roma, Italia. DIbangun pada tahun 1500-an dengan gaya Renaisans
Foto: Shutterstock.com

Desain interior mulai berkembang dan lebih terjangkau /accessible untuk masyarakat umum setelah terjadi Revolusi Industri. Pada saat itu banyak diproduksi produk-produk untuk kebutuhan rumah dengan harga yang lebih murah sehingga dapat terjangkau oleh semua kalangan.

Hal ini juga mendorong munculnya Revolusi Ekonomi di Amerika, yang membuat golongan masyarakat menengah ke atas menjadi kaya dan memiliki uang yang berlebihan, sehingga muncul kebutuhan dan keinginan untuk memperindah rumahnya.

sampul majalah desain interior
Sampul majalah House Beautiful tahun 1916
Foto: Amazon.com

Saat itu juga mulai banyak bermunculan majalah yang membahas masalah gaya desain interior yang baru serta mulai timbul kebutuhan manusia untuk mengkonsultasikan ide-ide dalam penataan rumah dan perabotnya. Hal ini mendorong berkembangnya industri desain interior.

Ada ribuan orang yang kemudian menjadi profesional dalam mendesain rumah maupun bangunan kantor maupun orang-orang yang melakukan kegiatan perancangan ruang sebagai hobi dan memberikan konsultasi gratis atau mengisi waktunya dengan mendekorasi rumahnya sendiri.

Ruang Lingkup Desain Interior

Tugas dan jangkauan pekerjaan desainer interior meliputi perancangan furnitur dan aksesori ruangan lainnya, tidak hanya memilih dan mencocokannya saja seperti dekorator interior. Berikut adalah beberapa ruang lingkup pekerjaan desain interior.

  1. Merancang bentuk perabot furnitur dengan pertimbangan ergonomi, fungsi, gaya, keawetan finishing, kestabilan struktural dalam penggunaan, memilih rel laci, engsel dan handle yang tepat, serta penentuan penggunaan bahan dan penempatan dalam ruang.
  2. Menentukan tipe dan gaya jendela atau daun penutup lain yang tepat berdasarkan pengendalian cahaya dan sinar matahari , privasi, anti api, perlengkapan akustik dan sistem pengontrolnya.
  3. Memilih bentuk dan metode yang tepat dalam penempatan benda seni atau dekorasi dan memastikan bahwa benda tersebut tidak akan jatuh atau melukai seseorang.
  4. Memilih jenis pelapis dinding yang tepat berdasarkan aspek keindahan, keawetan, fungsi akustik, kemudahan dalam pembersihan, keamanan dari api, dan memastikan bahwa wall finishes yang digunakan tidak menimbulkan alergi atau beracun.
  5. Memilih jenis tanaman yang sesuai dan memastikan bahwa tanaman yang dipilih tidak memiliki bau yang kuat atau beracun yang membahayakan manusia terutama untuk anak-anak.
  6. Menggambarkan rencana ruang dan menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien maupun persyaratan aksesibilitas ruang.
  7. Memilih jenis dan bentuk lampu berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan, menggambarkan dan menunjukkan lokasi penempatan lampu serta pengontrolannya.
  8. Menentukan bahan, bentuk, warna dan pola lantai yang tepat berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan. Unsur fungsi yang harus diperhatikan meliputi ketahanan terhadap api, kemampuan meredam suara dan keamanan (tidak licin).
ruang lingkup desain interior
Kini, desainer interior bisa menggambarkan tata letak ruang beserta isinya kepada klien melalui teknologi simulasi Virtual Reality
Foto: Shutterstock.com

Poin-poin di atas juga secara deduktif dapat menjelaskan mengenai fungsi, tujuan dan tugas desain interior pada umumnya. Namun untuk melengkapi literasi tujuan tersebut, berikut adalah tujuan-tujuannya menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), yaitu:

  1. Memperbaiki fungsi
  2. Memperkaya nilai estetika
  3. Meningkatkan aspek psikologis dari sebuah ruangan

Seperti yang disebutkan di awal, perancangan interior meliputi bidang arsitektur yang melingkupi bagian dalam suatu bangunan. Contoh : Perancangan interior tetap, bergerak, maupun dekoratif yang bersifat sementara.

Pada pekerjaan desain dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

  1. Perancangan interior tetap

perancangan desain interior mulai dari merencana denah existing bangunan, lay-out, floor plan, ceiling plan, potongan, aksonometri, detail, perspektif, maket, animasi, dan teknis presentasi lainnya

  1. Perancangan interior bergerak (moveable)

perancangan desain interior yang bersifat mikro, misalkan pembuatan desain furnitur, desain produk, desain landscape interior, handycraft, dll.

  1. Perancangan dekoratif

perancangan yang bersifat menghias, misalkan mendesain hiasan pesta pernikahan, mendesain pesta ulang tahun, dll.

Perancangan furnitur yang menjadi salah satu bagian dari perancangan interior bergerak
Foto: Shutterstock

Untuk membawa kita pada pemahaman yang lebih lanjut, mengetahui elemen-elemen atau unsur-unsur dasar pembentuk interior adalah hal utama yang harus diketahui. Mengetahui unsur pembentuk, berarti mengetahui juga hal apa saja yang dapat dirancang untuk membuat desain yang baik.

Karena desain interior adalah salah satu cabang ilmu dari seni rupa, maka elemen-elemen serupa dari elemen seni rupa juga dapat ditemukan, seperti: garis, titik, bidang, tekstur, warna, ruang, dsb. Namun desain interior memiliki elemen unik dan spesifik yang harus diperhatikan ketika merancangnya. 

Elemen-Elemen Desain Interior:

1. Lantai 

Lantai merupakan batas bawah bagi interior sebuah ruang. Lantai terbentang secara horizontal. Banyak treatment yang dapat diterapkan pada lantai mulai dari: jenis material, perbedaan ketinggian lantai, dan pengaplikasian bentuk

2. Dinding

Dinding merupakan elemen interior yang menyekat interior ruang. Dinding membentang secara vertikal dan merupakan bidang paling dominan dalam ruang bangunan. Dinding dapat diaplikasikan dengan berbagai jenis material finishing, material pembentuk, pencahayaan, dll.

3. Langit-Langit

Langit-langit merupakan pembatas interior yang terbentang secara horizontal di bagian atas interior. Langit-langit dapat dimodifikasi mulai dari penggunaan jenis materialnya, perbedaan ketinggian, dan varian bentuk.

4. Elemen Estetis

Interior harus mengandung elemen estetis yang mengacu pada prinsip desain seperti proporsi, skala ruang, keseimbangan, dan kesatuan ruang. Jika memungkinkan suatu interior harus diberi benda seni yang bernilai estetis untuk memperindahnya

5. Elemen Bukaan

Yang dimaksud dengan bukaan pada elemen ruang adalah jendela, pintu, dan lubang ventilasi. Dengan perancangan bukaan yang baik, maka akan berjalan sirkulasi udara yang baik, sehingga ruangan menjadi nyaman dan sehat

6. Elemen Cahaya

Interior ruang memerlukan pencahayaan yang cukup intensitasnya. Terang di sebagian tempat, atau ada opsi pengontrol untuk meredupkannya juga. Ambience ruang akan terbentuk dengan adanya pengaplikasian pencahayaan yang baik.

Setelah mengetahui elemennya, mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam membuat unsur interior juga akan sangat berpengaruh bagi ruang gerak kreasi kita dalam bidang ini. Prinsip-prinsip desain interior mengikuti prinsip desain seperti: Kesatuan, Keseimbangan, Kontras, dll. 

Prinsip-Prinsip Dasar Desain Interior

Terdapat tujuh prinsip dasar yang diwadahi dalam desain interior

  1. Unity and Harmony

Yaitu suatu ruangan dianggap sebagai suatu kesatuan dimana semua elemen yang ada saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang.

  1. Keseimbangan

Keseimbangan berarti tidak “berat” sebelah. Tidak terlalu condong ke sisi sebelah kanan atau kiri atau atas dan sebagainya. Segala sesuatu yang seimbang akan menciptakan unity dan harmony.

Keseimbangan dibagi menjadi 3 yaitu:

  • Keseimbangan Simetris: Keseimbangan simetris terjadi apabila berat visual dari elemen-elemen desain terbagi secara merata baik dari segi horizontal maupun vertikal. Gaya ini mengandalkan keseimbangan berupa dua elemen yang mirip dari dua sisi yang berbeda
  • Keseimbangan Asimetris: Keseimbangan asimetris terjadi ketika berat visual dari elemen desain tidak merata di poros tengah halaman. Gaya ini mengandalkan permainan visual seperti skala, kontras, warna untuk mencapai keseimbangan dengan tidak beraturan
  • Keseimbangan Radial:   Adalah ketika semua elemen desain tersusun dan berpusat di tengah. Misalnya: Tangga berbentuk spiral
  1. Vocal Point

Vocal Point disini maksudnya adalah aksen yang menjadi daya tarik ruangan. Bisa satu atau lebih. Misalnya vocal point pada ruangan adalah jendela besar yang ada di ruangan, perapian atau bisa juga lukisan. Pemberian warna atau detail dan bentuk tertentu juga dapat dijadikan sebagai vocal point

Lukisan dengan statement warna kontras menjadi satu vocal point pada interior
Foto: Shutterstock.com
  1. Ritme

Dalam desain interior, ritme adalah semua pola pengulangan tentang visual. Ritme didefinisikan sebagai kontinuitas atau pergerakan terorganisir

  1. Detail

Detail pada desain interior mencakup segala kelengkapan yang ada pada ruangan. Mulai dari furnitur utama, furnitur tambahan, hingga furnitur artifisial. Detail-detail tersebut juga berpengaruh besar terhadap suasana ruang yang tercipta

  1. Skala dan Proporsi

Kedua prinsip desain yang berjalan beriringan, karena keduanya berhubungan dengan ukuran dan bentuk. Skala dan proporsi disini berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pengguna ruang yang berada di dalam ruangan

  1. Warna

Warna pada desain interior berpengaruh terhadap mood dan suasana ruang. Warna-warna yang lembut akan cenderung menciptakan suasana ruang yang menenangkan, sedangkan warna-warna cerah akan memberikan suasana ruang yang menyegarkan

Sejauh ini, sudah terlihat bukan, kenapa desain interior acapkali dikaitkan dengan kitchen set, tirai, bahan sofa, atau pemilihan bunga di meja makan? Sesungguhnya baik itu kitchen set, tirai, bahan kain sofa, dan bahkan bunga di atas meja makan memang menjadi bagian-bagian kecil dalam ruang lingkup desain interior.

Hanya saja, hal-hal tersebut adalah bagian kecil dari sebuah tanggung jawab besar dari profesi yang harus meningkatkan kualitas hidup manusia melalui tatanan ruang.

Dekorasi interior secara umum terkait dengan pelapisan elemen interior yaitu pelapisan lantai, dinding maupun perabotannya serta penataan perabot berikut aksesorinya. Tidak ada peraturan pemerintah yang mengatur pekerjaan dekorator dan tidak diperlukan persyaratan pendidikan formal, bahkan setiap orang yang memiliki bakat dan minat dapat belajar sendiri melalui majalah atau media lain untuk menjadi dekorator interior.

Sementara itu, desain interior memiliki bidang yang lebih luas dan khusus dengan tanggung jawab yang lebih besar meliputi perancangan furnitur, memilih bahan, menetapkan konstruksi, menentukan warna, merencanakan tata letak ruang dengan pertimbangan aksesibilitas dan lain-lain yang semuanya didasarkan atas pertimbangan fungsional, keamanan, kenyamanan, dan keindahan.

Desainer interior harus memenuhi persyaratan pendidikan formal di bidangnya dan memiliki pengalaman perancangan yang memadai, bahkan di beberapa negara maju, desainer interior harus memiliki sertifikasi yang didapat melalui ujian yang diselenggarakan oleh suatu lembaga sertifikasi yakni NCIDQ (National Council for Interior Design Qualification).

Mengakhiri perbedaan desainer interior dan dekorator interior, mungkin, tabel yang dibuat oleh Lisa Whited IIDA/ASID yang menggambarkan perbedaan antara desainer interior dan dekorator interior ini semakin dapat meluruskan kekeliruan persepsi kebanyakan masyarakat selama ini.

HalDesainer InteriorDekorator Interior
FurniturMerancang bentuk perabot dengan pertimbangan ergonomi, fungsi, gaya, keawetan finishing, kestabilan struktural dalam penggunaan, memilih rel laci, engsel dan handle yang tepat, serta penentuan penggunaan bahan dan penempatan dalam ruangMemilih gaya, finishing dan penempatannya dalam ruang
Penutup Jendela/ Window coveringMenentukan tipe dan gaya yang tepat berdasarkan atas pengendalian cahaya dan sinar matahari , privasi, anti api, perlengkapan akustik dan sistem pengontrolnyaMemilih warna dan tekstur, merancang gaya
Benda seni dan aksesoris/ Artwork and accesories Memilih bentuk dan metode yang tepat dalam penempatan benda seni tersebut pada dan memastikan bahwa benda tersebut tidak akan jatuh dan melukai seseorangMemilih dan menempatkan bendabenda seni dan asesoris ruang
Finishing dinding/ Wall finishesMemilih jenis yang tepat berdasarkan aspek keindahan, keawetan, fungsi akustik, kemudahan dalam pembersihan, keamanan dari api, memastikan bahwa wall finishes yang digunakan tidak menimbulkan alergi, dan tidak beracun Memilih warna, gaya, tekstur finishingnya
Tanaman / PlantsMemilih jenis tanaman yang seseuai dan memastikan bahwa tanaman yang dipilih tidak memiliki bau yang kuat atau beracun yang membahayakan manusia terutama anak-anak kecilMemilih dan menempatkan tanaman beserta wadahnya
Rencana Ruang/ Floor PlanMenggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien maupun persyaratan aksesibilitas ruangMenggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien
Pencahayaan/ LightingMemilih jenis dan bentuk lampu berikut kekuatannya sesuai dengan fungsi dan kesan yang diinginkan, menggambarkan dan menunjukkan lokasi penempatan lampu berikut pengontrolnyaMemilih bentuk lampu 
Lantai / FloorMenentukan bahan,bentuk dan warna serta pola lantai yang tepat berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan, ketahanan terhadap api, kemampuan meredam suara dan keamanan (tidak licin)Memilih jenis, warna, tektur dan pola lantai 
Tabel Perbandingan lingkup tugas desainer dan dekorator interior Sumber: http://allartschools.com.

Share:

Artikel Lainnya

No data was found