Andre Wiredja Tentang Virtual Photoshoot dan Meditasi

Stella Mailoa

Bernaung di bawah NPM Photography, Andre Wiredja memulai perjalanannya di balik kamera sembilan tahun yang lalu. Kecintaannya terhadap seni salah satunya diwujudkan lewat fotografi, khususnya fotografi fashion.

Berbincang dengan Written dari kenyamanan kamar kosnya di area Jakarta Selatan, Andre bercerita seputar spiritualisme, efek pandemi, virtual photoshoot, dan kami menemukan there’s much more to him than meets the eye.

foto fashion andre wiredja

Tentang Pemotretan Virtual

Written (WR): Sudah pernah mencoba melakukan virtual photoshoot?

Andre Wiredja (AW): Enggak!

WR : Kenapa? Enggak tertarik?

AW : Jadi virtual photoshoot itu kan yang difoto layarnya. Jadi menurut saya secara fotografi enggak bagus dan secara kualitas juga kurang. Kebebasan untuk ngapa-ngapain juga kurang. Banyak kurangnya, tapi ya lagi trending saja. Saya enggak melakukan sesuatu yang cuma trending.

WR : Salah satu teknik lain yang dipakai juga dengan mengambil screenshot. Itu termasuk fotografi?

AW : Enggak dong. Menurut kamu gimana? 

WR : Menurut saya sih enggak ya, tapi proses setelahnya, proses mengedit foto yang mungkin sama.

AW : Iya kan, secara nalar itu enggak masuk fotografi sih. 

WR : Ada juga keterbatasan interaksi dalam virtual photoshoot. Buat kamu sendiri, seberapa penting sih interaksi sosial selama pemotretan itu?

AW : Penting banget. Saya anaknya ingin ngerasa. Kita ketemu virtual begini beda sama kita ketemu langsung. Vibe-nya beda. Banyak banget hasil foto yang akhirnya hanya bisa didapat ketika ketemu orang atau produknya langsung. Karena lebih banyak kebebasan, dan dengan itu kamu bisa berkarya dengan lebih baik.

fotografer Andre Wiredja bukan virtual photoshoot

WR : Oke, berarti pemikiran umum seorang Andre Wiredja tentang virtual photoshoot?

AW : Itu adalah sebuah tren. Ya, kalau mau diikuti enggak apa-apa juga karena itu adalah pilihan. Tapi saya enggak melakukan itu karena saya masih old school. Di otak saya enggak nyambung untuk melakukannya.

“Banyak hasil foto yang akhirnya hanya bisa didapat dengan ketemu langsung karena lebih bebas. Dengan lebih banyak kebebasan, kita bisa berkarya dengan lebih baik.”

Efek Pandemi

WR : Selama pandemi ini apa yang paling bikin kangen?

AW : Joget! Beneran, sumpah saya kangen banget. Badan saya sampai pegal-pegal karena kelamaan enggak gerak dan harus di-akupunktur.

foto bar

WR : Memangnya dulu seberapa sering joget?

AW : Seminggu sekali

WR : Jadi selama PSBB ini ngapain aja?

AW : Yoga dan meditasi. Pokoknya wellness dan self healing.

WR : Ada kebiasaan baru akibat pandemi yang bakal diteruskan setelah ini?

AW : Jalan kaki setiap pagi. Muterin daerah sekitar rumah.

WR : Apa yang dinikmati dari kegiatan jalan kaki itu?

AW : Jalan itu bisa sambil berpikir, mendengarkan lagu, bisa eksplor hal-hal baru di sekitar sini juga.

WR : Apa rasanya setelah yoga, meditasi, dan jalan kaki?

AW : Semuanya jadi clear banget, saya sudah tahu mau ngapain setidaknya dalam waktu 5 tahun ke depan. Saya sampai punya mind mapping.

WR : Mind mapping-nya seperti apa?

AW : Jadi intinya, kamu kalau mau buat apapun itu yang paling penting adalah cerita. Cerita ini harus menjadi pusat segalanya. Dari cerita, bisa dihubungkan dengan history, impian, budaya, dan lokalitas. Semuanya bisa diterapkan dengan cara ini. Mau itu ide, bisnis, apapun itu.

mind mapping andre wiredja

WR : Ada impian baru yang bisa di-share?

AW : Dalam 5 tahun ke depan saya ingin membuat satu compound di lahan yang cukup besar. Isinya ada penginapan, art space, studio, tempat makan, farm, jadi semacam community space. Kurang lebih seperti Moriyama House oleh SANAA. Nantinya saya ingin bangunannya juga dapat melestarikan alam di sekitarnya. 

WR : Hal apa yang selama ini dicuekin tapi baru disadari pentingnya setelah terjadi pandemi ini?

AW : Spiritualisme. Sebelumnya saya tidak melakukannya secara proper. Padahal dapat membuat saya lebih mengenal diri sendiri. Lebih introspeksi diri ke dalam. 

meditasi bukan virtual photoshoot

WR : Seberapa rutin meditasi?

AW : Setiap hari, mulai dari awal pandemi.

WR : Kenapa memutuskan untuk meditasi?

AW : Hmmm…kenapa ya. Dulu saya memang meditasi tapi tidak sering. Lalu sempat ada teman yang baru belajar tentang akashic meditation. Dia mengajak saya jadi relawan buat dia pandu. Setelah meditasi 25 menit, energi saya seperti habis, tapi saya merasa hidup saya  berubah setelahnya. Sama seperti yang dia bilang sebelumnya. Magic!

WR : Sekarang lagi senang eksplor hal apa?

AW : Kain. Foto potret pakai kain. Karena kita itu budayanya kalau foto potret kebanyakan pakai kemeja, blus, dress. Padahal orang zaman dulu foto pakai kain.

foto kain bukan virtual photoshoot

WR : Berarti penggunaan kain di dalam foto atau kain itu sendiri?

AW : Keduanya. Setelah mengeksplor kain, akhirnya jadi jualan kain juga. Saya jadi menjual selimut, shawl, dan beberapa produk kain lainnya. 

WR : Desain sendiri?

AW : Ambil dari pengrajin lokal yang memang produksi kain di rumah. Lalu dikasih branding, foto, diceritakan kisah di balik kain itu, jual deh. Kainnya juga natural dye, jadi termasuk sustainable product. Saya juga berusaha mendukung bisnis lokal.

WR : Kok jadi banyak ide bisnis. Memang sudah tertarik dari dulu?

AW : Gara-gara pandemi sih. Jadi buat saya, masa PSBB akibat pandemi ini memberikan saya lebih banyak waktu untuk berpikir dan menjadikan sesuatu.

“PSBB akibat pandemi memberikan saya lebih banyak waktu untuk berpikir dan menjadikan sesuatu.”

WR : Memang sebelum pandemi sesibuk apa?

AW : Sibuk-sibuk enggak sibuk. Apalagi dulu ketika masih pacaran, alokasi waktu saya banyak yang intens buat hubungan. Love life melulu, jadi bucin (budak cinta)!

WR : Oh jadi sekarang lagi single?

AW : Iya, kawin mah nanti dulu. Yang penting berkarya dulu, jadi nanti ketika menikah, istrinya mau apa, dijawab: bisaaaa.

WR : Selain berbisnis juga bikin podcast?

AW : Iya diajak teman saya. Jadi podcast ini isinya obrolan dengan orang-orang dari industri kreatif. Mereka berbagi cerita mereka di industri ini bagaimana. Saya jadi host-nya.

WR : Sejauh ini, percakapan yang paling menarik sama siapa?

AW : Sama teman saya, namanya Adhitya Himawan. Dia itu fotografer komersial dengan visi ingin membantu orang. Ia merasa harus jadi tools untuk membantu orang. Motto ini tercermin lewat karya-karyanya yang tetap sempurna, tetap mendengarkan keinginan klien, jadi bagus untuk bisnisnya sendiri.

Fotografi dan Masa Depan

WR : Kalau kamu sendiri sudah berapa lama jadi fotografer?

AW : Saya mulai tahun 2011, jadi sudah sembilan tahun. 

WR : Buat pameran enggak untuk merayakan satu dekade?

AW : Pameran enggak ya.. Kalau ada yang mau bikinin sih ayo aja. 

WR : Kemarin sepertinya sudah sempat foto lagi. Rasanya bagaimana? Terpuaskan rasa kangen foto?

AW : Senang, tapi masih ingin foto di alam sih.

WR : Esensi apa sih yang paling penting dari seorang fotografer?

AW : Rasa! 

WR : Cara kamu membangun “rasa” bagaimana?

AW : Bergaul, ngobrol sama semua orang. Seperti tadi saya ketemu dengan tukang jamu yang bilang: “Mas ganteng nih, karena suka minum jamu jadi ganteng”. Hal-hal kecil seperti itu adalah contoh kita suka lupa kalau kita bisa membuat orang lain senang dengan cara-cara mudah.

foto jamu bukan virtual photoshoot

“Kita suka lupa kalau kita bisa membuat orang lain senang dengan cara-cara mudah.”

WR : Selama jadi fotografer, persepsi kamu tentang keindahan sudah berubah sejauh apa dari pertama kali mulai sampai sekarang?

AW : Saya jadi semakin mengapresiasi keindahan lokal. Ternyata, lokal itu keren dan cantik-cantik ya! Sebelumnya referensi saya selalu mengarah pada barat dan luar negeri. Makin ke sini makin sadar kalau lokal itu bagus.

WR : Apa mungkin karena kurangnya pengetahuan tentang keindahan lokal?

AW : Iya dan persepsi orang yang suka menganggap kalau barang lokal itu kualitasnya kurang sebaik buatan luar negeri. Tapi tugas kita lah yang harus bantu mempromosikannya.

WR : Ada fotografi jenis apa lagi yang ingin didalami ke depannya?

AW : Fotografi makro. Sepertinya lucu ya, zoom-in banget! Saya juga lagi senang foto potret. Semuanya potret orang Indonesia dan pakai kain semua.

foto potret orang indonesia bukan virtual photoshoot

WR : Dalam waktu dekat ingin ngapain?

AW : Mau buat toko potret.

WR : Seperti toko buat pas foto gitu?

AW : Betul! Tapi versi lebih keren, lebih bagus, dan lebih modern.

Karya-karya Andre kerap bermunculan di media cetak dan media daring ternama di Indonesia. Selain itu, akun Instagram-nya pun menyenangkan untuk disimak. 

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya