Mengenal 3 Budaya Betawi Di Parade Kemang 12730

Pipit Erlita

“Nyok kite nonton Ondel-Ondel, nyok kite ngarak Ondel-Ondel…”

Siapa yang tak kenal dengan ikon kota Jakarta, Ondel-Ondel? Terlebih, setelah dinyanyikan oleh almarhum Benyamin Sueb yang membuat Ondel-Ondel semakin dikenal masyarakat luas. Boneka warna-warni berukuran raksasa ini menjadi salah satu budaya Betawi yang selalu muncul di berbagai perayaan di Jakarta, salah satunya saat Parade Kemang 12730 beberapa waktu yang lalu. 

Selain Ondel-Ondel, ada pula tanjidor dan para penari yang membawakan tarian khas Betawi. Yuk, kenalan lebih dekat dengan ketiga budaya khas Betawi ini!

1. Ondel-Ondel

Budaya Betawi Ondel-Ondel

Boneka raksasa ini terbuat dari anyaman bambu yang memiliki bentuk menyerupai manusia dan dihiasi dengan pakaian khas Betawi. Ondel-ondel pria memiliki warna merah yang menyimbolkan keberanian dan semangat yang membara. Sedangkan Ondel-Ondel wanita memiliki warna putih yang menunjukkan makna kesucian dan kebenaran.

Sejarah Ondel-Ondel

Ada beragam versi sejarah dan asal-usul Ondel-Ondel ini. Namun, belum ada informasi yang pasti mengenai siapa dan kapan pertama kali Ondel-Ondel dibuat.

Dilansir laman Kebudayaan Betawi dan Peta Budaya Kemendikbud, kisah Ondel-Ondel tertuang dalam tulisan seorang pedagang asal Inggris bernama W. Scott. Dalam buku catatannya, dia mengaku pernah melihat boneka raksasa yang ditampilkan oleh masyarakat Sunda Kelapa saat diadakan upacara adat. Meskipun namanya tidak disebutkan secara khusus, namun gambaran yang dipaparkan dalam tulisannya merujuk pada Ondel-Ondel.

Ada pula versi lain menurut cerita masyarakat asli Betawi. Mereka berkisah bahwa Ondel-Ondel sudah ada sejak zaman dulu. Keberadaan Ondel-Ondel diperuntukkan sebagai bagian dari upacara tolak bala untuk menangkal wabah atau gangguan para arwah jahat.

Makna Ondel-Ondel Sebagai Budaya Betawi

Selalu menjadi simbol dari kesenian dan perayaan di Jakarta, Ondel-Ondel memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Betawi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, warna dari masing-masing Ondel-Ondel memiliki makna tertentu. Warna merah menunjukkan laki-laki harus berani dan warna putih yang berarti perempuan harus menjaga kesucian.

Ondel-ondel ini juga memiliki nama, yakni Kobar untuk laki-laki dan Borah untuk perempuan. Kobar menyimbolkan bahwa dunia menjadi tempat mencari nafkah. Sedangkan Borah melambangkan akhirat agar manusia selalu berbuat baik dan mengingat Tuhan.

Namun, selain berwujud manusia laki-laki dan perempuan, ada juga Ondel-Ondel yang memiliki rupa menakutkan seperti gigi taring. Seperti sejarahnya, bahwa Ondel-Ondel digunakan sebagai bagian dari upacara tolak bala, maka wujud Ondel-Ondel yang satu ini dimaksudkan agar para roh jahat takut kepada wajah boneka raksasa ini.

Hingga kini, Ondel-Ondel khas Betawi masih menjadi pengiring setia dan pemeriah acara pada setiap perayaan di wilayah Jakarta.

2. Tanjidor Musik Khas Budaya Betawi

Selain Ondel-Ondel, kamu juga pasti tidak asing dengan tanjidor, kan? Iya, seni musik tradisional khas Betawi yang dimainkan secara berkelompok saat acara-acara besar di Jakarta diadakan.

Sejarah Tanjidor

Hebatnya, tanjidor berawal dari musik yang dimainkan oleh para budak di pinggiran kota yang kini menjelma menjadi kesenian musik khas kota Jakarta. Menurut laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, tanjidor adalah orkes masyarakat Betawi yang menggunakan alat musik. Tanjidor berasal dari kata Tanji dan Dor. Tanji berarti menabuh, dan dor adalah suara gedor-gedor. 

Alat kesenian dalam tanjidor sering dikaitkan dengan milik Portugis yaitu “tangedor” yang merujuk pada orang yang memainkan alat musik berdawai. Namun nyatanya, tanjidor lebih didominasi oleh alat musik tiup. Beberapa di antaranya adalah klarinet, trombon, seak, dan saksofon.

Seorang ahli musik dari Belanda, Ernst Heinz (1975) mengungkapkan bahwa tanjidor berasal dari para budak yang diminta para tuannya untuk memainkan musik. Lalu pada tahun 1860, perbudakan dihapuskan. Sehingga, mereka memutuskan untuk membentuk perkumpulan musik yang kini kita kenal dengan nama Tanjidor.

3. Tarian Khas Budaya Betawi

Seperti halnya di berbagai daerah di nusantara, Jakarta juga memiliki ragam seni tari khas yang sering dipertontonkan di berbagai acara. Beberapa tarian tersebut di antaranya:

a. Tari Cokek

Nah, tarian pertama ini sangat populer jika kamu sering ikut serta dalam berbagai perayaan. Tari Cokek merupakan tarian yang melibatkan penonton dan penari dalam tariannya. Penari tak hanya berlenggak-lenggok sendirian, namun juga mengajak penonton untuk ikut menari. Caranya adalah dengan membelitkan selendang penari ke penonton.

b. Tari Yapong

Awalnya, tarian ini dipersiapkan untuk acara ulang tahun Jakarta di tahun 1977. Tari ini merupakan jenis tari kreasi baru yang memiliki background akulturasi budaya tradisional. Nama Yapong sendiri diambil dari bunyi lagunya “ya, ya, ya” dan suara musiknya yang terdengar “pong, pong, pong.”

c. Tari Topeng Betawi

Tarian khas Betawi ini memiliki keunikan yaitu para penari yang diharuskan menggigit topeng di bagian dalamnya, agar topeng yang mereka pakai tidak terlepas. Tarian ini dikenal sebagai tarian yang bersifat teatrikal dan komunikatif. Melalui gerakannya, kamu akan melihat perpaduan antara seni tari, musik, dan nyanyian yang tersaji menjadi satu dalam sebuah tarian.

Baca juga: Semakin Seru, Inilah Rangkaian Acara Kemang 12730

Nah, ketiga kesenian khas Betawi ini menjadi pemeriah acara Parade Kemang 12730 pada Minggu (30/10) lalu. Masih ada banyak acara menarik yang wajib kamu saksikan di Kemang 12730. Ikuti terus informasi terbaru di media sosial Kemang 12730 dan jangan sampai terlewat ya.

Sampai jumpa di Kemang!

SHARE :
WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Artikel Lainnya