suzy annetta

Suzy Annetta Tentang Desainer Indonesia dan Emerge

30 September 2023

Stella Mailoa

Salah satu area pameran yang paling menarik perhatian pada perhelatan FIND Design Fair Asia 2023 adalah Emerge. Pameran ini menampilkan karya desainer produk dari enam negara di Asia Tenggara. Sejak pertama kali dihelat pada tahun lalu, Emerge menggandeng kurator Suzy Annetta, Founding Editor-in Chief Design Anthology.

Di tengah kesibukannya, kami mengobrol singkat dengan Suzy Annetta, tentang pameran Emerge tahun ini dan pendapatnya tentang desainer Indonesia.

Kurasi Suzy Annetta di Emerge – FIND Design Fair Asia 2023

Written (W): Apakah bisa dijelaskan tentang proses kurasi Emerge tahun ini?

Suzy Annetta (SA): Ini kali kedua kami mengadakan Emerge yang didukung oleh DesignSingapore Council. Ide di balik platform ini adalah untuk mendukung, mempromosikan, dan menampilkan desain dari area Asia Tenggara. Pada tahun pertama (tahun 2022) temanya berpusat pada material. Jadi cara kami mengurasi adalah pada jenis material yang digunakan oleh para desainer di Asia Tenggara.

Tahun ini, kami merasa bahwa langkah selanjutnya adalah melihat produksi. Jadi judul pameran tahun ini adalah Craft + Industry: Man + Machine. Acara ini cukup besar, terdapat lebih dari 50 desainer dengan lebih dari 150 produk dari 6 negara berbeda, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Kami mulai dari karya-karya yang sudah dibuat oleh para desainer sekarang. Dengan melihat praktik mereka sekarang, kami tidak memaksakan sesuatu dari luar. Ada sejumlah desainer yang mendesain dan membuat karya mereka sendiri, ada yang bekerja dengan perajin, ada juga yang berkolaborasi dengan pabrik atau manufaktur.

Kami mengamati apa yang terjadi dan bagaimana para desainer mewujudkan kreasi mereka sendiri. Inilah cara kurasi kami tahun ini. Kami tidak ingin membandingkan atau melihat yang mana lebih baik, tapi lebih menampilkan apa yang sudah terjadi dalam industri.

Pameran Emerge - FIND design fair asia
Foto: Studio Periphery

W: Terkadang sebuah pameran akan menentukan temanya terlebih dahulu baru menentukan desainer atau karyanya. Jadi ini sebaliknya?

SA: Betul. Kami memutuskan untuk tidak melakukan pendekatan itu. Pengalaman saya selama satu dekade bersama Design Anthology sangat berfokus pada Asia.

W: Tim editorial kami sangat menyukai Design Anthology!

SA: Thank you. Namun saya juga sadar bahwa saya bukan orang Asia. Jadi saya tidak ingin mendikte cerita apa yang kita bagikan. Tugas saya sebagai kurator dan desainer adalah menarik cerita yang sudah ada. Saya tidak ingin memberitahu orang apa yang harus dilakukan. Jadi ini adalah representasi dari karya yang sudah dilakukan oleh para desainer. Praktik mereka cukup beragam.

Desainer di sini ada yang baru dan ada yang sudah cukup established. Seperti misalnya Alvin T yang sudah banyak dikenal orang. Alvin adalah contoh yang baik misalnya ia adalah creative director untuk sejumlah label, ia memproduksi desainnya sendiri, dan lainnya. Di sini kita mempunyai prototipe, karya satu-satunya, atau ada yang limited edition. Jadi ini adalah snapshot tentang apa yang terjadi di industri ini.

“It’s a snapshot of what’s happening in the industry.” – tentang EMERGE.
threadapeutic hana surya
Foto: Studio Periphery

W: Kata “emerge” sendiri biasanya mengacu pada desainer baru. Apa ada batasan tertentu bagi desainer yang dapat berpartisipasi sejak pameran pertama tahun lalu?

SA: Kami memutuskan sejak tahun pertama bahwa akan memamerkan desainer yang betul-betul baru. Namun kami merasa juga penting untuk membawa desainer yang sudah lebih established seperti Alvin T, Nanu (Youttananukorn), Jarrod (Lim), karena mereka dapat membawa traffic pengunjung. Sehingga mereka dapat membantu visibilitas para desainer baru.

Pertemuan yang terjadi di pameran ini juga sangat menarik untuk dilihat. Para desainer muda bertemu dengan desainer yang mereka anggap mentor. Terdapat suasana yang sangat suportif antar desainer. Pameran ini memfasilitasi percakapan dan kolaborasi di antara mereka. Betul sekali kata “emerge” berarti desainer baru dan upcoming. Namun dalam konteks pameran ini artinya mereka emerging dalam ranah global dan bukan di negara masing-masing.

W: Berapa lama Anda mengurasi pameran ini?

SA: Saya mengerjakan pameran ini sekitar 6 bulan. Banyak desainer yang ada di sini dan di pameran tahun lalu sudah saya kenali selama bekerja di majalah (Design Anthology) dan dari berkeliling di negara-negara asal mereka. Saya bertemu dengan banyak orang untuk mengerti dan mengetahui siapa saja nama desainer baru dan apa yang sedang terjadi di negara mereka. Kami memiliki database dan terus berusaha untuk memperbarui daftar tersebut.

Kami mengirim email kepada desainer meminta mereka mendaftar. Dengan kesuksesan pameran tahun lalu, proses ini lebih mudah karena mereka sudah mengerti apa itu Emerge dan kesempatan apa yang didapatkan dari pameran ini.

Setelah itu kami kemudian melihat karya yang mereka kirimkan. Proses kurasi dalam sebuah set komersial seperti ini, fokusnya terletak pada karya dan kisahnya. Kami memilih karya yang dapat merepresentasikan bagaimana proses pembuatan produk di Asia Tenggara saat ini.

Foto: Studio Periphery

W: Apa konsep display dari pameran ini? Karena tidak terlihat profil desainer yang biasanya memenuhi tembok, atau karya desainer dari beberapa negara disusun bersama-sama, tapi benar-benar menonjolkan produk karya desainer.

SA: Thank you, that was the intention. Kami bekerjasama dengan perusahaan desain Singapura, Superstructure. Mereka mendesain flow dan pedestal pameran ini. Seluruh material yang digunakan sebagai pedestal di pameran ini dapat digunakan kembali jadi tidak akan ada sampah material setelah acara. Ini sangat penting bagi kami.

Grouping pameran tahun lalu lebih mudah karena disusun berdasarkan material pembuatannya. Kali ini kami menyusunnya seperti yang kamu sebutkan tadi, a mix of designers. Kami menyusunnya secara estetis dan dengan cara produksinya.

Keistimewaan Desainer Indonesia

W: Apa yang begitu spesial dari desainer Indonesia sehingga Anda mengajak 10 orang desainer tahun ini?

SA: Mungkin karena populasi Indonesia sangat banyak, tapi itu bukan alasan utamanya. Saya sering ke Indonesia dan membangun hubungan pertemanan dengan banyak orang Indonesia selama ini. Pertama, saya merasa ada sumber daya kreativitas yang besar di Indonesia.

Ketika kamu memiliki negara dengan hal-hal yang lebih challenging, kamu akan melihat banyak kreativitas. Di Indonesia ada begitu banyak keberagaman dalam cara produksi. Ada yang bekerja dengan perajin, ada juga produksi industrial. Saya merasa itu sangat menarik.

Ada banyak ragam material alami yang sustainable dan indah yang dapat diolah oleh para desainer. Senang sekali melihat para desainer muda yang bekerja dengan material tersebut.

Komunitas desain di Indonesia juga sangat spesial. Mereka datang dan mendukung satu sama lain. Saya merasa ada begitu banyak kreativitas di Indonesia dan selalu membuat saya tertarik untuk menyaksikan apa yang terjadi.

“The design community in Indonesia is really special. As you can see here (in FIND), they all come out and support each other.”
Kentang standing lamp oleh Budiman Ong

W: Menurut Anda apakah mengurasi area pameran dapat menjadi masa depan seorang jurnalis desain? Karena banyak yang menjadi pembicara atau moderator talkshow tapi tidak terlalu banyak yang mengurasi sebuah pameran.

SA: Saya tidak bisa menjawab untuk orang lain, tapi secara personal saya tidak melihat perbedaan besar antara mengedit majalah dengan mengedit pameran seperti Emerge.

Ini adalah proses penemuan, pengurangan, penyulingan, dan pengasahan tentang cerita apa yang ingin kamu sampaikan. Tidak berarti desainer yang tidak ada di sini kurang berbakat, tapi kami memilih karya yang menceritakan cerita tertentu.

Dengan banyaknya kompetisi di ranah konten dan majalah saat ini, apalagi setelah Covid ada banyak event, mungkin kita akan melihat lebih banyak seperti ini.

W: Miskonsepsi umum tentang media daring yang banyak Anda temui?

SA: Saya menjawab dari sisi kami (Design Anthology) karena kami membuat majalah dan punya platform daring. Saya rasa banyak orang berpikir karena artikel online itu cepat dan mudah, jadi tidak terlalu banyak pemikiran yang dibutuhkan.

Sementara, di Design Anthology kami berusaha agar konten itu punya kualitas, substansi, dan integritas. Kami memusatkan energi dan waktu sama banyaknya dengan konten cetak. Memang di platform daring lebih cepat dan lebih murah, dapat disebarkan ke audiens yang lebih luas, tapi saya rasa ide dan intensi di balik konten itu tetap sama. We just want to tell a good story.

Share:

Artikel Lainnya