Jadi, ada berapa banyak patung karya Nyoman Nuarta yang bisa kamu sebutkan di luar kepala?
Namanya lagi sering bermunculan di headline unggahan media sosial dan juga artikel media populer. Kalau yang sekilas Written baca sih tentang mengapa ia memilih bentuk burung Garuda sebagai konsep bangunan Kantor Presiden di IKN, alias Ibu Kota Negara. Pasti kamu sudah sering lihat juga, kan?
Tapi artikel kali ini bukan mau bahas tentang itu. This time, Written mau mengajakmu berkenalan dengan salah satu pematung Indonesia. Hitung-hitung refresh ingatan tentang seniman yang sudah banyak menciptakan karya fenomenal ini.
Sedari kecil, I Nyoman Nuarta yang lahir pada tanggal 14 November 1951 di Bali ini memang sudah dekat dengan alam. Tumbuh besar bersamanya ternyata menanamkan pengertian yang mendalam pada Nyoman, yaitu pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dan penciptanya, manusia dan alam, dan juga sesama manusia. Semakin hari, filosofi yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana ini semakin terlihat dalam karya-karyanya.
Seni yang Berbicara dengan Jiwanya
Sedikit cerita tentang masa kecilnya, Nyoman yang dulu tinggal di Desa Tegallinggah, Kabupaten Tabanan bersama pamannya, Ketut Dharma Susila. Desa yang terletak dekat dengan lokasi Gunung Batukaru ini memang sering dikaitkan dengan topik pertanian.
Berbeda dengan keseharian yang kamu isi dengan mencari rute lain yang nggak melewati kawasan ganjil genap, atau juga doom scrolling di media sosial, Nyoman banyak bermain di ladang dan berteduh di bawah pepohonan. Hidup bersama dengan pamannya yang juga seorang kepala desa adat, Nyoman pun tumbuh dengan nilai-nilai budaya Bali; di mana ia juga belajar konsep Tri Hita Karana.
Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi pilihannya melanjutkan pendidikan. Di tahun 1972, ia memilih untuk menekuni jurusan Seni Lukis. Singkat cerita, Nyoman tidak merasa cocok dengan pilihannya tersebut. Ia menemukan jurusan yang “berbicara” dengan jiwanya, dan tentu saja itu adalah Seni Patung. Sejak itu, tidak sedikit pembimbing yang dibuat kagum olehnya.
Titik penting karier Nyoman terjadi pada tahun 1979, di mana ia ikut dan menjadi pemenang dari kompetisi mendesain Monumen Proklamator. Sejak itu kemampuan Nyoman membuat patung berukuran besar pun semakin diuji. Kancah internasional pun ditembus oleh Nyoman bersama patung-patung kokohnya.
Ciri Khas Nyoman Nuarta
Setiap seniman pasti mempunyai gayanya masing-masing, begitu juga dengan Nyoman. Karyanya cenderung berbentuk dinamis, terlihat seolah-olah bergerak. Banyak banget contohnya, guys.
Berikut beberapa kesukaan Written, monumen Arjuna Wijaya yang pasti kamu sering lihat kalau sedang di kawasan Jakarta Pusat, Legenda Borobudur III, Patung Garuda Wisnu Kencana yang akhirnya berdiri tegak setelah hampir tiga dekade dikerjakan, Tiga Mojang, dan masih banyak banget, deh. Enggak akan cukup kalau ditulis satu per satu!
Patung Speed
Nah, ada satu lagi nih patung karya Nyoman dengan gaya yang sama, namanya Speed. Ada yang istimewa dari patung yang memiliki arti ‘kecepatan’ dalam bahasa Indonesia, yaitu figur laki-laki yang (terlihat) sedang melaju di atas motor dalam kecepatan tinggi adalah bapak Presiden RI ke-7, Joko Widodo.
Baru saja patung dengan berat tiga ton ini dikirim ke Nusa Tenggara Barat. Kabarnya sih akan ditempatkan di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok. Jadi nanti para penonton yang datang akan disapa oleh patung raksasa ini!
Kalau kamu ingat beberapa waktu lalu sang presiden sudah pernah menggunakan motor yang menjadi inspirasi patung Speed ini. Motor jenis Kawasaki W175 pernah dikendarai Jokowi saat menjajal jalan perbatasan Trans Kalimantan beberapa tahun lalu.
Patung ini merupakan inisiatif dari Nyoman dan para rekannya. “Senang rasanya mengerjakan patung orang yang kita banggakan,” tuturnya di sebuah wawancara dengan televisi swasta. Kabarnya, patung ini dikerjakan selama kurun waktu tiga minggu saja dan melibatkan enam orang tenaga ahli.
Proses pengerjaan patung ini pun juga dijelaskan melalui akun Instagram Nyoman. Ia menjelaskan bahwa sedang memulai proses patina, yaitu tahap penyelesaian warna dengan bahan kimia. Mengharapkan warna yang diinginkan dapat “keluar”.
Lokasi penempatan patung juga memiliki peran penting dalam menentukan pemilihan materi. Selain tembaga dan kuningan, patung ini juga dibuat menggunakan material anti karat.
Lantas, dari mana datangnya judul Speed? Menurut sang maestro, nama ini ada kaitannya dengan slogan ala Jokowi yang berbunyi “Gas Pol.” Jadi seolah menggambarkan patung setinggi lima meter dan panjang tujuh meter sedang melesat. “Pak Jokowi ini terkenal dengan ‘gas pol’ jadi saya kaitkan ke sana. Beliau kan bukan main ya pergerakannya, luar biasa,” ucap Nyoman.
Luar biasa, kan? Meski sudah berumur 70 tahun, Nyoman Nuarta yang kini berdomisili di Bandung tak pernah kehilangan semangatnya untuk terus berkarya.